Ambon, 28/12 (Antara Maluku) - Badan Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Wilayah IX (Maluku dan Maluku Utara), memastikan bentangan tengah Jembatan Merah Putih (JMP) yang melintasi Teluk Dalam Ambon terhubung pada 31 Desember 2015.
"Kami telah memprogramkan pada 31 Desember 2015, tepatnya pukul 24.00 atau 00.00 WIT, terkoneksi bentangan tengah JMP," kata Kepala BPJN Wilayah IX, Amran Mustari, dikonfirmasi, Senin.
Bentangan tengah JMP dari arah Poka telah terkoneksi sehingga tinggal Galala sehingga terhubung pulau Ambon jazirah Leitimur dan Leihitu, pulau Ambon.
"Jadi mudah - mudahan kondisi cuaca baik sehingga proses konektivitas JMP terealisasi sesuai rencana
karena terhambatnya perampungan fasilitas tersebut turut dipengaruhi kondisi alam," ujarnya.
Amran menjelaskan, terkoneksinya bentangan tengah JMP berdasarkan rencana Gubernur Maluku, Said Assagaff menjadwalkan perayaan "Old adn New".
Menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono diundang untuk menyaksikan terhubungannya bentangan tengah JMP yang terhambat perampungannya akibat pertimbangan teknis.
"Jadi perayaan tahun baru menunjukkan bahwa JMP merupakan ikon pembangunan di Maluku yang dinilai strategis untuk mendukung sejumlah program, Pemprov Maluku maupun Pemkot Ambon," katanya.
Sebelumnya, Menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono mengemukakan, akibat menghadapi kendala teknis, maka konstruksi JMP yang semula ditargetkan rampung pada 25 Oktober 2015 ditangguhkan hingga Januari 2016.
Namun, dia tetap yakin dan percaya dengan kemampuan PT. Waskita Karya, PT. Pembangunan Perumahan dan PT. Wijaya Karya selaku kontraktor proyek tersebut, mengingat keselamatan kerja menjadi hal yang utama diperhatikan dalam penyelesaian proyek ini .
"Pembangunan JMP memang harus memiliki pengalaman khusus. Jadi jangan ada kesalahan sedikit pun. Bila ada kesalahan sedikit saja tentu akan kembali ke nol lagi," tandasnya.
Menteri Basoeki meninjau lokasi pembangunan Jembatan Merah Putih di Ambon pada 24 Oktober 2015.
Dia mengakui sejumlah faktor yang mempengaruhi penyelesaian pembangunan JMP antara lain kurangnya peralatan yang dibutuhkan, material yang didatangkan dari luar daerah serta beberapa kendala teknis lain.
Selain itu, koordinasi dan konsultasi dengan pihak-pihak terkait, terutama TNI Angkatan Laut menyangkut tinggi bentangan tengah jembatan yang harus mempertimbangkan jalur masuk keluar kapal perang, sehingga pekerjaannya molor dari target yang direncanakan.
JMP adalah salah satu proyek yang terindikasi mangkrak akibat lamanya waktu penyelesaiannya sejak peletakan batu pertama Juni 2011.
Panjang keseluruhan JMP yakni 1,06 kilometer ini akan menghubungkan desa Poka dan Galala yang dipisahkan oleh Teluk Ambon.
Jembatan ini terdiri dari jembatan pendekat arah Galala sepanjang 300 meter, pendekat arah Poka 320 meter dan bentang tengah 300 meter, tinggi pylon 89,5 meter, lebar 22,5 meter yang dibagi dua jalur.
Tujuan pembangunan JMP untuk mempercepat jarak tempuh ke pintu keluar Bandara Internasional Pattimura, serta kawasan Jazirah Leihitu, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, sehingga diharapkan bisa mengurangi tingkat kepadatan kendaraan
Pembangunan JMP bertujuan untuk menunjang pengembangan fungsi kawasan di Teluk Ambon sesuai dengan Tata Ruang Kota Ambon di mana Poka-Rumahtiga sebagai kawasan pendidikan dan Durian Patah - Telaga Kodok sebagai kawasan pemukiman.
Selain itu, JMP juga menunjang sistem jaringan jalan yang telah ada, khususnya jazirah Leihitu serta mempersingkat jarak dan waktu tempuh kendaraan (mengurangi biaya operasi) menuju Bandar Udara Internasional Pattimura di Laha sebagai pintu keluar ke provinsi lainnya.