Magelang, 21/6 (Antara Maluku) - Balai Konservasi Borobudur melarang para pengunjung untuk memegang dan menginjak stupa-stupa di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah untuk mencegah kerusakan salah satu warisan budaya dunia itu.
Kepala Humas Balai Konservasi Borobudur Mura Aristina di Magelang, Selasa mengatakan para petugas keamanan tidak henti-hentinya melalui pengeras suara mengingatkan warga agar tidak memegang dan menginjak stupa.
"Bukti bahwa memegang stupa bisa rusak sudah ada. Kendati dari batu, kalau lama-lama dipegang pasti rusak juga. Di bagian bawah ada batu stupa yang halus sehingga bentuk aslinya hilang karena terlalu sering dipegang pengunjung," kara Mura sambil menunjukkan bekas tangan yang merusak batu.
Mura mengatakan hal itu saat mendampingi tim produksi televisi KBS (Korean Broadcasting System), salah satu jaringan televisi terbesar di Korea Selatan yang sedang mengambil gambar Borobudur.
Ia mengatakan tidak ada sanksi khusus bagi pengunjung yang kedapatan memegang stupa namun larangan itu untuk menggugah kesadaran pengunjung untuk ikut menjaga kelestarian Borobudur.
Selain itu, pengelola Borobudur juga melarang pengunjung untuk memegang patung yang berada di dalam stupa karena juga bisa mengakibatkan kerusakan bahkan bisa akibatnya bisa lebih parah lagi.
"Kalau mau pegang patung kan kaki harus menginjak bagian bawah stupa juga. Lha pasti lama-lama batu rusak juga kalau diinjak," katanya.
Ia mengakui masih ada kepercayaan diantara sebagian pengunjung bahwa kalau bisa memegang patung dalam stupa akan memuat jadi mudah cari rezeki dan keinginan dipenuhi.
Mura yang sudah 17 tahun bekerja di Borobudur mengatakan pernah ada satu anak usia empat tahun beberapa tahun lalu terjepit diantara lubang stupa karena sehingga memaksa pengelola untuk merusak stupa untuk menyelamatkan anak yang mencoba memegang patung.
"Coba lihat batuan ini. Ini bekas batu yang terpaksa kita gempur agar bisa mengeluarkan kepala anak. Makanya, kita minta pengunjung tidak menyentuh stupa apalagi sampai menginjak atau memegang patung. Selain merusak stupa, juga membahayakan keselamatan pengunjung," katanya.
Ia mengatakan sejak enam bulan lalu Balai Konservasi juga melapisi tangga masuk dan keluar dengan kayu agar kaki pengunjung juga tidak menginjak langsung batuan candi.
Tak gunakan kimia
Selain itu, Balai Konservasi Borobudur juga secara berkala membersihkan lumut dengan air bertekanan dan tidak menggunakan obat berbahan kimia untuk membersihkan lumut yang menempel di bebatuan.
"UNESCO melarang pemakaian bahan kimia. Kita semprot pakai air bersih agar lumut mengelupas," katanya.
Kementerian Pariwisata telah menetapkan Kawasan Candi Borobudur dan sekitarnya sebagai satu dari 10 destinasi wisata baru selain Bali yang sedang dipromosikan ke negara lain.
Pada 2015, jumlah pengunjung Borobudur mencapai 1,5 juta orang termasuk 250 ribu wisatawan asing.
Borobudur ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan) pada 1991.
Candi yang dibuat abad sekitar 8 Masehi yang didirikan oleh penganut agama Buddha merupakan candi terbesar di dunia sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.