Ambon (ANTARA) - Warga Maluku masih hidup dalam ketakutan akibat gempa bumi tektonik yang terus-menerus terjadi sejak 26 September 2019 dan berlangsung hingga saat ini sehingga banyak yang tetap bertahan di tenda-tenda pengungsian.
"Akibat gempa bumi tektonik sejak Kamis, (26/09) lalu hingga Selasa (12/11) malam dengan magnitudo 5,1 membuat masyarakat di Kota Ambon dan sekitarnya hidup dalam ketakutan," kata Wakil Ketua DPRD Provinsi Maluku, Abdullah Azis Sangkala di Ambon, Kamis.
Yang jelas bahwa sampai hari ini masih ada aktivitas gempa bumi sehingga wajar kalau masyarakat masih merasa resah dan trauma.
Ia memperkirakan, beban Pemprov Maluku untuk menangani pengungsi ini nantinya cukup besar.
"Alhamdulillah Pak Presiden Joko Widodo sudah datang ke Ambon. Saya berharap, kedatangan Pak Presiden ini bisa membawa 'angin segar' bagi penyelesaian pengungsi di Maluku," kata Sangkala
Menurut dia, DPRD maupun Pemprov Maluku melalui tim penanggulangan pengungsi yang sudah dibentuk, terus melakukan upaya-upaya untuk memastikan bahwa penangganan tanggap darurat pengungsi bisa berjalan dengan baik.
Dikatakan, koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah harus terus dibangun agar dapat diketahui pelayanan terhadap para pengungsi berjalan baik atau tidak.
"Kondisi ini juga perlu upaya untuk memberikan ketenangan kepada masyarakat agar kemudian tidak menimbulkan penambahan gelombang pengungsi," ujarnya.
Pelayanan pengungsi baik soal kesehatan, pendidikan, kebutuhan untuk MCK (mandi cuci kakus) maupun pangan harus menjadi perhatian bersama.
"Kami harapkan gempa bumi beruntun ini tidak memicu gelombang pengungsi baru karena jika itu terjadi, maka akan semakin menambah beban anggaran bagi pemerintah," ujarnya.
Warga Maluku masih hidup dalam ketakutan akibat gempa tektonik
Kamis, 14 November 2019 9:50 WIB