Ambon (ANTARA) - Bupati Maluku Tenggara (Maltra), provinsi Maluku, Thaher Hanubun menginginkan penyelesaian jembatan gantung Fair yang ambruk ke laut pada 14 Januari 2020 sesuai jadwal, yakni pada April 2020.
"Jembatan tersebut merupakan penghubung dusun Fair, Kecamatan Dullah Selatan, Kota Tual, ke pulau Kei Kecil, kabupaten Maltra yang strategis untuk berbagai aktivitas masyarakat di sana sehingga diharapkan rampung sesuai jadwal pembangunan," katanya ketika dikonfirmasi, Rabu.
Dampak ambruknya rangka jembatan gantung Fair, yang pernah terjadi juga pada 1 Desember 2018 itu, mengakibatkan masyarakat dusun Waer ke Kota Tual maupun Langgur, ibu kota kabupaten Maltra harus mengandalkan transportasi laut yakni speedboat maupun ketinting (perahu tradisional) sehingga membutuhkan biaya besar.
Selain itu, pasokan air bersih dari Pulau Kei Kecil untuk masyarakat dusun Fair yang selama ini pipanya dipasang di jembatan gantung itu terhenti sehingga harus diangkut dengan speedboat atau ketinting.
"Dusun Fair memang masuk wilayah Kota Tual. Namun, jembatan gantung Fair itu diakses ke pulau Kei Kecil, kabupaten Maltra sehingga saya turut merasakan apa yang dibutuhkan masyarakat atas akses penghubung vital tersebut,"ujar Bupati.
Karena itu, BPJN XVI maupun tim dari Kementerian PUPR hendaknya mengarahkan konsultan pengawas yakni PT. Yodya Karya agar memperhatikan pengerjaan jembatan gantung Wear Fair oleh kontraktornya, CV Keramik Jaya.
"Saya tidak mempersoalkan tim dari BPJN XVI maupun Kementerian PUPR saat ke lokasi tidak berkoordinasi dengan Pemkab Maltra. Namun, penyelesaian jembatan tersebut sangat dibutuhkan masyarakat di Pulau Fair," kata Bupati.
Sebelumnya, anggota DPRD Maluku, Amir Rumra meminta dilakukan pengawasan yang ketat terhadap pengerjaan jembatan gantung Wear Fair tersebut.
"Kami memintakan konsultan pengawas, tim pengawas BPJN XVI serta pihak dari kejaksaan dapat memperhatikan dan melakukan pengawasan yang ketat pada pekerjaan jembatan ini sehingga tidak terulang lagi rangka jembatan ambruk," katanya.
Ini untuk kedua kalinya dirinya meninjau pengerjaan jembatan tersebut.
"Pekerjaan jembatan memang masih tanggung jawab kontraktor dan sementara dilakukan pengangkatan rangka jembatan yang ambruk ke laut," katanya.
Anderias Rentanubun selaku kontraktor menyatakan rangka jembatan saat ini diangkat kembali rangka.
"Kita sudah memesan rangka pengganti," kata Anderias.
Diakuinya proses pengangkatan rangka yang ambruk terkendala kondisi alam terutama arus air laut yang kuat dan angin, namun kita sudah membuat jadwal percepatan.
Anderias juga bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaan ini, berapapun biayanya.*