Ambon (ANTARA) - Ribuan kilometer dari Indonesia, di sebuah kota kecil bernama Oryol di Rusia, seorang gadis muda asal Kota Ambon mencoba meraih cita-citanya sekaligus mempertahankan identitas lewat busana batik yang ia kerap kenakan.
Erika Primasari Hiariej, tanpa ia sadari sudah menjadi "duta batik" di Kota Oryol yang mayoritas warganya lebih tahu Bali ketimbang Indonesia.
Bagi gadis berusia 21 tahun itu, baju batik bukan sekadar busana. Batik menjadi obat penawar rindunya akan Indonesia, kampung halamannya, dan juga keluarga tercintanya.
"Setiap saya pakai batik, saya berasa bangga. Karena batik itu identik dengan Indonesia, apalagi baju batik yang saya pakai ini semua buatan mama," kata Erika kepada ANTARA di Ambon lewat video conference pada 30 September 2021.
Erika adalah anak sulung dari pasangan suami istri, Hendrik Hiariej dan Elfira Hehanussa. Ia adalah salah satu generasi muda asal Ambon yang berprestasi dan kini mendapat beasiswa di Oryol State University untuk jurusan pariwisata. Kota tersebut cukup jauh dari Moskow, butuh waktu sekitar lima jam perjalanan, dan saat ini hanya ada dua orang mahasiswa Indonesia disana termasuk Erika.
Ia mengatakan di lemari pakaiannya ada lebih dari lima setel batik, plus kebaya khas Ambon dan kain tenun Maluku. Motif favoritnya adalah batik parang karena motifnya simpel dan menunjukkan kesan keteraturan, cocok dengan sikapnya yang perfeksionis
"Sebenarnya tidak ada kewajiban saya harus bawa baju batik. Dan saya selalu pakai batik di setiap kegiatan-kegiatan yang saya ikuti," kata gadis yang murah senyum ini.
Ia bersyukur memiliki ibu yang pandai mendesain batik sebagai busana modern sehingga terlihat kekinian dan "casual". Pernah pada sebuah kegiatan, seorang mahasiswa Jepang memuji desain baju batik Erika dan disangka baju dari negara matahari terbit itu.
"Anak-anak muda harus lebih mencintai batik, karena kalau didesain dengan modern, baju batik tidak lagi 'kaku' dan bisa dipakai sehari-hari," katanya.
Baca juga: BI Maluku dukung pengembangan batik di Ambon, gairahkan perekonomian
Ditawari Pindah Kewarganegaraan
Meski jauh di negeri orang, Erika aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di Rusia. Sejak 2018 atau pertama tiba di Rusia, ia sudah mengikuti acara Miss Inteligence dalam pemilihan Miss Dormitory Oryol 2018. Padahal saat itu, ia mengakui bahasa Rusia-nya masih "belepotan".
Setahun kemudian Erika juga jadi peserta Festival Indonesia IV di Moscow, Festival Budaya bertajuk "Russia Menyatukan Semua" menyambut Hari Persatuan Nasional Russia di Oryol, menjadi 2nd Runner Up dan Nominasi Miss Charm dalam pemilihan Miss Oryol State University 2019, jadi peserta Proyek "Dari Kalinka Ke Lezginka" Sekolah Persahabatan Rakyat di Oryol, dan meraih juara 3 Nominasi Solo Pop dalam "XX Student's Creativity Regional Festival - Golden Autumn" Oryol 2019.
Bahkan, saat pandemi COVID-19 melanda dunia, Erika juga masih mengikuti kegiatan Miss Talent dalam pemilihan Miss Assembly of People of Russian di Oryol 2020, dan tahun ini ia meraih Juara 1 Nominasi Solo Pop dalam Student Spring Festival 2021.
Di setiap kegiatan itu, Erika percaya diri menggunakan busana batik hingga kebaya Ambon dan pakaian adat Papua. Bahkan, pada acara Miss Assembly of People of Russian di Oryol 2020, Erika memukau ratusan pengunjung karena membawakan lagu ciptaan Ismail Marzuki dengan bahasa Rusia.
Ia mengatakan lagu tersebut sempat terkenal di Rusia karena pada masa Presiden RI pertama Sukarno punya hubungan baik dengan Uni Soviet. Lagu Rayuan Pulau Kelapa sampai diterjemahkan ke bahasa Rusia, dan Erika membawakannya dengan apik sehingga mendapat standing ovation dari semua penonton.
"Semua diam saat saya bernyanyi padahal gedung itu sangat besar, saya merasa seperti sendiri di dalamnya. Begitu saya selesai menyanyi, Puji Tuhan, semua penonton berdiri dari duduknya dan bertepuk tangan," ujarnya.
Karena pribadinya yang aktif berorganisasi dan berprestasi, Erika sampai dua kali ditawari pindah kewarganegaraan Rusia. Pertama ditawari oleh seorang direktur pusat kebudayaan dan juga dari seorang dosen di Universitas Oryol karena Erika aktif mengajari mahasiswa-mahasiswa Rusia belajar bahasa Inggris. Namun, Erika menolak karena tetap ingin kembali ke Indonesia.
"Kalau ditawari lagi saya akan tetap menolak, saya tetap ingin pulang ke Indonesia. Saya sekolah di sini juga untuk kembali ke Indonesia, karena saya kangen masakannya dan kangen lautnya," ujar Erika yang menargetkan lulus pada tahun 2023, dan kembali ke Maluku untuk mengaplikasikan ilmunya di bidang kepariwisataan.
Baca juga: Perajin tenun ikat khas Maluku manfaatkan OSS jangkau pasar ekspor, gairahkan UMKM
Pengembangan Batik Maluku
Kecintaan Erika terhadap batik menurun dari sang ibu, Elfira Hehanussa. Ibunda Erika adalah seorang desainer busana di Ambon yang kini sedang mengembangkan batik ambon. Elfira mengatakan sengaja menjahit banyak baju batik untuk Erika bawa ke Rusia yang bisa dipakai untuk kegiatan formal maupun kasual.
Ketika di Bandara Ambon ada cerita lucu waktu Erika kelebihan muatan bagasi. Saya keluarkan banyak bajunya, sampai jins kesayangannya juga ditinggal supaya batik, kebaya dan kain tenun bisa masuk bagasi, katanya.
"Saya pikir kalau baju biasa dan jins dia bisa dapat di Rusia, tapi batik tidak bisa. Akhirnya, batik itu bisa dia pakai di kegiatan-kegiatan yang mengharumkan nama Indonesia juga disana," kata Elfira yang juga pendiri rumah busana B'gaya by Efie di Ambon.
Baca juga: Pelaku usaha Ambon semangat karena bisa gelar pernikahan skala besar, perekonomian menggeliat
Ia mengatakan besar harapannya agar putri sulungnya tersebut ketika kembali ke Tanah Air bisa membantu memajukan batik ambon sebagai industri, karena pengembangan batik juga butuh "tangan-tangan" anak muda supaya lebih diterima pasar anak muda.
Menurut dia, saat ini B'gaya by Efie sedang mengembangkan batik dengan tujuh motif khas Maluku. Batik sekaligus menjadi media untuk melestarikan motif tradisional tersebut.
"Ada kepikiran tapi tidak memaksakan, supaya dia bisa melanjutkan batik ambon misalkan dalam pengembangannya karena anak-anak sekarang lebih paham. Biar dia (Erika) juga ikut membesarkan batik ambon, tapi kita lihat saja nanti mengalirnya seperti apa," katanya.
Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku juga menyatakan dukungannya untuk para pengusaha yang akan mengembangkan batik di Kota Ambon. Deputi Kepala Perwakilan BI Maluku Lukman Hakim pada Jumat (1/10) lalu mengatakan, BI Maluku sudah mulai penjajakan untuk kerja sama mengembangkan batik dengan menggandeng dua pengusaha, yakni B'gaya by Efie dan Meima Batik.
"Selama ini perkembangan kain batik di Maluku belum begitu berkembang karena bukan akar budaya Maluku, dibandingkan dengan kain tenun ikat walaupun perkembangannya juga belum terlalu pesat, karena itu untuk batik BI Maluku akan mendorong ke depan," katanya.
Kedua pengusaha tersebut diikutkan dalam kurasi di program Bank Indonesia, yakni Industri Kreatif Syariah Indonesia atau di singkat IKRA Indonesia, yang merupakan suatu platform untuk mempertemukan para pelaku usaha syariah di sektor fesyen dan makanan/minuman halal.
"Untuk batik ini kedua pengusaha itu kami ikutkan dalam proses seleksi dan sekarang dalam proses, dan nantinya kalau ada yang lolos akan mendapat pendampingan dari Dewan Ikra ini," kata Lukman.
Batik telah menjadi budaya khas dari berbagai suku di Tanah Air tercinta Indonesia. Ragam dan motif batik telah mengantar batik diakui dunia melalui penghargaan UNESCO pada 2 Oktober 2009 sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan budaya tak benda. Tidak heran bila tiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional .
Baca juga: Review fesyen, UNIQLO hadirkan outerwear dan fleece karya Yosuke Aizawa
Baca juga: Di balik pesona dinamis kaus dari masa ke masa, ketahui apa yang kamu pakai