Ambon (ANTARA) - Gubernur Maluku Murad Ismail menegaskan masalah pembagian hak participating interest (PI) 10 persen yang menjadi milik Provinsi Maluku pada Proyek Strategi Nasional (PSN) Ladang Gas Abadi Blok Masela di Kabupaten Kepulauan Tanimbar sudah final.
"Soal pembagian hak PI 10 persen Blok Masela sudah tidak ada masalah lagi. Sudah clear," kata Gubernur usai melantik Sadli Ie sebagai Penjabat Sekda Maluku di Ambon, Rabu.
Hak partisipasi 10 persen di ladang gas abadi Blok Masela itu, menurut Gubernur akan dibagikan kepada 11 kabupaten/kota di provinsi Maluku.
"Jadi dua kabupaten yakni Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya (MBD) serta Pemerintah Provinsi Maluku masing-masing akan mendapatkan tiga persen, sedangkan satu persen sisanya akan dibagikan kepada sembilan kabupaten/kota lain," katanya.
Karena itu, Gubernur meminta untuk masalah pembagian PI 10 persen itu tidak lagi dipersoalkan karena hal itu telah diputuskan secara bersama dengan pemerintah pusat.
Terpenting saat ini, menurut dia, adalah rencana pembangunan infrastruktur dan sarana pendukung operasional ladang gas tersebut yang semestinya sesuai rencana sudah mulai dikerjakan pada 2022.
"Seharusnya fasilitas pendukung di Kepulauan Tanimbar sudah mulai dibangun pada 2022, tetapi karena pandemi COVID-19, sehingga mengalami penundaan," katanya.
Hal penting lain yang perlu digumuli, kata Gubernur adalah usaha perusahaan asal Jepang Inpex Ltd sebagai pemegang 65 persen saham Blok Masela bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk mencari perusahaan yang bersedia membeli 35 persen saham lainnya, setelah keluarnya perusahaan asal Belanda Shell dari mega proyek tersebut.
"Jadi mari kita gumuli bersama agar usaha Inpex dan SKK Migas mendapatkan perusahaan internasional lain yang akan menjadi partner dalam proyek ladang gas abadi ini secepatnya terjawab," katanya.
ladang Abadi Blok Masela di Kepulauan Tanimbar diestimasi meraup investasi sebesar 19,8 miliar dollar (AS), dengan menyerap ribuan tenaga kerja baik saat konstruksi maupun produksi onstream.
Pengembangan ladang Blok Masela merupakan investasi asing terbesar sejak 1968 dan simbol pembangunan di Indonesia Timur yang berskala global setelah Freeport Indonesia.
Jumlah output gas alam di Lapangan Abadi sebesar 10,5 juta ton per tahun, mencakup sekitar 9,5 juta ton gas alam cair/LNG per tahun dan memasok penyediaan gas untuk lokal melalui jalur pipa. Sedangkan untuk kondensatnya mencapai sekitar 35.000 barel per hari dan ditargetkan mulai produksi pada 2027.
Gubernur Maluku : PI 10 persen Blok Masela sudah final, kapan realisasinya
Rabu, 19 Januari 2022 16:27 WIB