Ambon (ANTARA) - Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Maluku menyebutkan penerapan sistem digitalisasi retribusi nontunai pada destinasi wisata (Parnona Dewi) di provinsi itu berjalan efektif.
“Kalau saat ini sudah berjalan normal. Sejauh ini juga berjalan efektif di destinasi wisata yang sudah kita terapkan,” kata Kepala Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Dinas Pariwisata Maluku Muddin Wael, di Ambon, Rabu.
Saat ini penerapan sistem pembayaran nontunai itu masih dilakukan di dua tempat wisata Maluku, yakni Gong Perdamaian Dunia Ambon dan Pantai Namalatu di Desa Latuhalat Ambon.
“Kemarin rencana di Pantai Liang juga, tapi belum jalan karena untuk saat ini masih gangguan jaringan. Karena itu juga butuh jaringan yang baik. Tapi dalam waktu dekat, nanti akan segera kita jalankan juga di Pantai Liang,” ujarnya.
Muddin mengaku, sejauh ini belum ada kendala serius yang dialami petugas atau pengelola destinasi wisata tersebut.
“Laporan yang kami terima dari teman-teman petugas, berjalan normal. Kalau kendala paling misalnya tiba-tiba kehabisan kertas struk. Nah itu kita secepatnya antisipasi, petugasnya pun sudah dilatih. Jadi untuk kendala hal-hal yang besar, tidak,” jelas Muddin.
Terkait keluhan pengunjung atau wisatawan, ia mengatakan, belum ada yang protes. Menurutnya, pengunjung bisa menyesuaikan diri dengan sistem yang diterapkan.
“Oleh karena itu, ke depannya tetap juga akan diterapkan untuk destinasi wisata lain, yang Dispar Maluku kelola,” ucapnya.
Sebelumnya, Bank Pembangunan Daerah (BPD) Maluku-Maluku Utara (Malut) meluncurkan sistem digitalisasi retribusi non tunai pada destinasi wisata yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Provinsi Maluku.
Peluncuran tersebut berlangsung di Monumen Gong Perdamaian Dunia Kota Ambon berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Maluku, dan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Maluku, pada 24 Juli 2023.
Transaksi ini didukung oleh Bank Indonesia (BI) Indonesia, yang meluncurkan QRIS sebagai salah satu sistem pembayaran “cashless”.
Tujuannya agar memberi rasa aman bagi pengunjung atau wisatawan, supaya tidak perlu membawa uang dalam bentuk fisik yang bisa saja berpeluang terjadi kehilangan
Untuk caranya, cukup dengan membawa ponsel, kode QRIS, atau kartu, sudah bisa melakukan transaksi cashless di berbagai tempat.
Pembayaran menggunakan QR code ini bisa diakses dan dibayarkan melalui rekening bank pengunjung atau melalui aplikasi gawai banking.
Semua pembayaran akan diakomodasi oleh bank penjamin yaitu Bank Pembangunan Daerah Maluku dan Maluku Utara. Diharapkan juga penerapan metode ini membawa dampak positif pada masyarakat serta memberikan timbal balik yang membangun untuk pengembangan Pariwisata Maluku