Ambon (ANTARA) - Akademisi teknologi hasil perikanan Unpatti Maluku Dr Alfonsina Marthina Tapotubun mengemukakan, modifikasi produk hasil kelautan dan perikanan menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.
“Dalam implementasi hilirisasi hasil laut, produk olahan tradisional masyarakat dapat dimodifikasi menjadi produk yang minimalis dan trendi sesuai kebutuhan masyarakat modern,” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima di Ambon, Selasa.
Menurutnya hal itu dapat diimplementasikan dengan memaksimalkan hilirisasi industri perikanan di pulau-pulau. Hilirisasi perikanan melalui pengolahan produk sekaligus akan mendorong berkembangnya wisata kuliner makanan etnis Maluku berbasis hasil laut.
“Hal ini sekaligus mempromosikan Maluku sebagai pusat produk olahan hasil laut dalam berbagai bentuk dan keunikannya sehingga Maluku akan lebih dikenal sebagai wilayah dengan kekayaan hasil laut yang bukan hanya menyediakan produk segar tetapi juga berbagai produk olahan,” kata dia.
Ia melanjutkan bahwa dengan kekayaan kelautan yang dimiliki, Maluku layak dipromosikan sebagai penyedia berbagai produk olahan siap saji yang memanjakan setiap lidah masyarakat dan pengunjung negeri seribu pulau itu.
Oleh sebab itu, pada kondisi geografis Maluku yang terdiri dari pulau-pulau kecil maka pengolahan produk berbasis industri rakyat menjadi pilihan cerdas untuk meningkatkan pendapatan nelayan dan masyarakat pesisir sehingga kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan.
Provinsi Maluku memiliki potensi sumber daya ikan melimpah dan tersebar di tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) nasional, meliputi Laut Banda dan sekitarnya dengan potensi total 1.033.979 ton, Laut Seram dan sekitarnya dengan potensi total 715.293 ton, serta Laut Arafura dan sekitarnya dengan potensi total 2.637.564 ton.
Hal itu menggambarkan bahwa sektor perikanan merupakan ujung tombak pembangunan di Maluku
Sudah saatnya industri-industri perikanan khususnya industri pengolahan hasil perikanan di tingkat rumah tangga masyarakat yang umumnya berskala usaha mikro dan kecil menengah (UMKM) dirangsang pertumbuhannya melalui implementasi hilirisasi perikanan dengan asumsi sebagian hasil tangkapan diolah menjadi berbagai produk olahan.
“Untuk mendukung hal itu pemasaran ikan ke luar Maluku harus didominasi oleh produk olahan sehingga Maluku akan lebih dikenal sebagai center of fish product bukan hanya sebagai penyedia ikan segar,” katanya.
Disamping itu, kata dia, optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara efisien dengan konsep ekonomi biru tanpa limbah atau zero waste memungkinkan satu jenis bahan baku diolah menjadi berbagai produk.
Sisa atau limbah dari pengolahan produk pertama dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pengolahan produk berikutnya sehingga menghasilkan lebih banyak produk turunan.
“Jika kondisi ini dapat diterapkan maka pendapatan masyarakat pengolah, nelayan dan masyarakat pesisir di Maluku dapat ditingkatkan dan akan berdampak pada kemampuan mengakses pangan,” ucap dia.