Ambon (Antara Maluku) - Arkeolog dari Balai Arkeologi Ambon, Marlon Ririmasse mengatakan, dari tinjauan kepurbakalaan dan potensi prasejarah yang ada, situs Hatusua di Hatuwurang, Kecamatan Hatusua, Kabupaten Seram Bagian Barat, sangat cocok dijadikan taman purbakala pertama di Maluku.
"Sangat cocok dijadikan taman purbakala karena kawasan situs Hatusua sangat luas, terluas yang pernah ada di Maluku, dan menyimpan bermacam-macam peninggalan prasejarah, seperti gua bekas hunian masa Palaeometalik, perkampungan kuno, ada juga tinggalan zaman Megalitik," katanya di Ambon, Sabtu.
Menurut Marlon, dengan bentang lahan titik situs yang bervariasi dari pesisir hingga ke pedalaman, Hatusua memiliki potensi arkeologis yang masih perlu diteliti lebih mendalam karena usianya diperkirakan bervariasi.
Ia mencontohkan, gua-gua yang terdapat di kawasan tersebut, rata-rata adalah bekas tempat tinggal manusia purba pada masa Palaeometalik dengan indikasi hunian berulang, sedangkan di bagian bekas pemukiman terbuka tersimpan jejak tradisi masa Megalitik, yakni penguburan tempayan.
Penguburan tempayan yang merupakan konsep religi prasejarah akhir, di mana manusia dimakamkan bersama bekal yang disimpan dalam tempayan, baru ditemukan oleh Balai Arkeologi Ambon pada 2009.
"Situs ini pertama kali diteliti sekitar tahun 1978 oleh tim arkeolog dari Inggris dan Pusat Arkeologi Nasional, kemudian tim dari Universitas Hawaii dan Universitas Pattimura pada 1991, Balai Arkeologi Ambon baru mulai meninjaunya pada 2009, dan secara mendalam melakukan penelitian pada 2012 hingga sekarang," ucapnya.
Lebih lanjut kata Marlon, setelah mengindetifikasi 11 gua hunian masa Palaeometalik pada 2012, timnya kembali menambah tujuh situs gua baru untuk diidentifikasi dan diekskavasi pada Mei 2014 guna mencari sisa peninggalan yang dapat digunakan untuk analisis kronologi usia absolutnya.
"Hasil ekskavasi di titik yang kami sebut dengan HTS-18, kemarin (Februari 2015) masih sama dengan setahun lalu, tapi lebih banyak sampel yang kami dapatkan, jika dilihat dari banyaknya sampah dapur, seperti tulang mamalia, ikan dan arang, situs itu adalah bekas hunian," katanya.