Ternate, 15/5 (Antara Maluku) - Provinsi Maluku Utara (Malut), mendapat jatah beasiswa melalui Program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) dari Kementerian Riset, mencakup daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Sekretaris Tim Seleksi, Kadri Daud di Ternate, Minggu, mengatakan, upaya percepatan dan pemerataan dibidang pendidikan di daerah 3T, khususnya pendidikan tinggi dirancang dalam suatu program khusus berupa program keberpihakan atau afirmasi pendidikan tinggi bagi anak-anak daerah 3T yang disingkat dengan ADik 3T seperti Nusa Tenggara, Maluku Utara, dan Aceh.
Menurutnya, pendidikan tinggi dimaksudkan untuk mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi mahasiswa yang beriman dan berbudaya untuk kepentingan bangsa.
Untuk itu, akses pendidikan harus dibuka seluas-luasnya bagi seluruh putra-putri bangsa agar dapat memanfaatkan dan menikmati dengan baik, secara adil dan merata di seluruh tanah air.
Namun kenyataannya akses pendidikan, terutama pendidikan tinggi tidak selamanya dapat tersedia merata di seluruh tanah air.
"Selain itu, akses yang terbatas tersebut dapat disebabkan sarana-prasarana, letak geografis, pertumbuhan ekonomi, bencana alam atau kondisi sosial budaya dan latar belakang sejarah khusus yang dialami oleh sekelompok masyarakat," kata Kadri.
Dia mengatakan, dengan adanya pemerataan dan keterbukaan akses pendidikan sangat penting untuk memperkokoh kekuatan dan kesatuan bangsa, sehingga keutuhan berbangsa tercermin dari tingkat pendidikan yang merata, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Menurut dia, upaya untuk mengatasi dan memperkuat rantai kesatuan bangsa tersebut, salah satunya melalui peningkatan akses pendidikan tinggi bagi daerah dengan kondisi khusus tersebut.
Kadri mengatakan, daerah-daerah terdepan, terluar dan tertinggal (Daerah 3T) yang hingga saat ini masih kurang memeroleh akses pendidikan yang baik, terutama pendidikan tinggi.
Oleh karenanya ketertinggalan diberbagai aspek kehidupan dan tingkat kesejahteraan yang rendah dan sering kali menyisakan masalah besar.
Bahkan, kondisi infrastruktur pendidikan yang serba terbatas di daerah 3T menyebabkan pendidikan semakin tidak merata dan semakin hari melahirkan kebodohan dan kemiskinan yang menyebabkan anak-anak dari daerah 3T kurang mampu memberikan kontribusi dalam mengisi pembangunan.