Ambon (ANTARA) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku melakukan pemantauan terhadap ketersediaan serta harga kebutuhan pokok menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Puasa Ramadhan dan Idul Fitri 1443 Hijriah di Kota Ambon.
"Pemantauan dilakukan sejak beberapa hari terakhir baik di pasar tradisional, pasar-pasar moderen serta distributor untuk memastikan ketersediaan barang kebutuhan pokok serta keterjangkauan harganya jelang Bulan Suci Ramadhan," kata Sekretaris TPID Provinsi Maluku Justini Pawa, di Ambon, Kamis.
Tim TPID Maluku yang melakukan pemantauan di lapangan yakni dari unsur Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Perikanan, Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Biro Perekonomian Setda Maluku, Bulog, BPOM serta Satgas Pangan Ditreskrimsus Polda Maluku.
Justini yang juga Kepala Biro Perekonomian Provinsi Maluku menyatakan, hasil pemantauan di pasar Mardika Kota Ambon harga kebutuhan pokok di pasar tradisional terbesar di Maluku itu relatif stabil.
"Memang ada beberapa kebutuhan pokok sempat mengalami fluktuasi harga seminggu menjelang Ramadhan, seperti cabe rawit yang melonjak hingga Rp106.000/kg, bawang merah naik menjadi Rp.40.000/kg dari sebelumnya Rp20.000/kg," katanya.
Sebaliknya harga ayam broiler mengalami penurunan menjadi Rp35.000/kg dari sebelumnya Rp40.000/kg serta stok ikan laut segar hasil tangkapan nelayan cukup melimpah dan harganya cukup terjangkau.
Sedangkan ketersedian komoditas seperti telur, daging sapi dan kebutuhan pokok lainnya, persediannya mencukupi kebutuhan masyarakat unbtuk dua bulan ke depan.
Khusus ketersediaan minyak goreng kemasan, menurut Justini, telah disebar distributor ke ritel-ritel modern yang ada di Kota Ambon, dan direncanakan awal April akan ada penambahan stok minyak goreng yang didatangkan dari Surabaya.
Sejauh ini, menurut Justini pemantauan yang dilakukan terkait strategi kebijakan pengendalian inflasi serta menjaga dan memastikan 4K yakni ketersediaan barang kebutuhan pokok, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi serta komunikasi yang efektif.
"Saat ini TPID tidak hanya terfokus pad apengendalian harga di pasaran tetapi yang paling penting adalah menjaga daya beli masyarakat tetap tinggi," katanya.
pemprov Maluku secara terus menerus melakukan upaya pengendalian inflasi, sekaligus upaya menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat melalui beberapa kebijakan diantaranya melakukan koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota, instansi terkait, perusahaan pelayaran dan para distributor.
Selain itu, kerja sama dengan Bank Indonesia Perwakilan Maluku untuk memfasilitasi UMKM memasarkan hasil produknya di beberapa platform digital seperti "Pigi Pasar", Tokopedia dan Shopee, menyiapkan media digital daring "Simponi Rindu" sebagai wadah bagi industri kecil menengah (IKM) dan UMKM dalam memasarkan produk-produknya, fasilitasi Bimtek kepada UMKM dalam rangka meningkatkan sumberdaya sehingga dapat meningkatkan kualitas produknya.
Begitu pun membantu UMKM melalui program "GEMARIKAN" (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan) dengan membeli produk olahan ikan yang diproduksi UMKM dan dibagikan kepada masyarakat ekonomi lemah, fasilitasi pembiayaan dana bergulir, kegiatan gelar pangan murah yang dilakukan secara keliling (mobile) dengan sasaran UMKM yang terdampak COVID-19.
"Kami juga memanfaatkan keberadaan Toko Tani untuk penjualan sembako murah dan terjangkau, fasilitasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) untuk keluarga stanting, bantuan berupa hibah kepada mitra usaha pemula serta masih banyak strategi dan kegiatan lainnya yang dilakukan dalam upaya mendorong dan meningkatkan daya beli masyarakat," katanya.
Dia menambahkan, ditengah ketidakpastian berakhirnya pandemi COVID-19 TPID tetap meningkatkan koordinasi dan kerja sama dalam rangka pengendalian inflasi yang dilakukan dengan tetap memperhatikan strategi, kebijakan serta usaha dalam mendorong dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Baca juga: Kemenang: Sebagian Negeri di Maluku Punya Tradisi Puasa Lebih Dulu
Baca juga: Warga Negeri Wakal Maluku Tengah mulai shalat tarawih puasa Ramadhan lebih awal