Ambon (ANTARA) - Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Ambon menyebut ekspor dari Maluku mengalami peningkatan hingga 10.500 ton pada 2022 didominasi oleh udang faname dan ikan tuna dengan total nilai ekspor lebih kurang sebesar 63,5 juta US Dollar atau setara dengan Rp965 miliar.
"Secara volume ekspor hasil laut dari Maluku tersebut meningkat tinggi jika dibandingkan pada 2021, yang hanya sebanyak 2.621 ton dengan nilai ekspor 19,7 juta US Dollar atau setara dengan Rp299,5 miliar." ujar Kepala BKIPM Ambon Hatta Risandi di Ambon Kamis.
Ia mengatakan pada 2022 BKIPM mengekspor hasil laut tersebut di 11 negara, dengan China sebagai pengimpor utama pada komoditas udang faname.
Sementara untuk komoditas hidup seperti ikan kerapu, kepiting, dan lobster yang diekspor dari Maluku langsung ke negara pengimpor juga mengalami peningkatan yakni sebesar 17 persen.
"Kalau komoditas hidup itu dari 195 ribu ekor naik menjadi 230 ribu ekor," imbuhnya.
Baca juga: Hasil Laut Dominasi Ekspor Maluku
Menurut Hatta hal tersebut tak terlepas dari dukungan pihak-pihak terkait dalam hal ini Pemerintah Provinsi Maluku serta stakeholder yang terlibat.
Pasalnya pihaknya mengacu pada semboyan Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu KKP axcelerate salah satunya dengan meningkatkan jumlah unit usaha yang menerima pesanan ekspor.
"Pada intinya program tersebut berfokus pada akselerasi percepatan perizinan dalam bentuk apapun baik itu sertifikasi dan lain sebagainya harus cepat dan menyentuh masyarakat secara luas," kata dia menjelaskan.
Saat ini pihaknya tengah berupaya untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait perizinan ekspor yang kian mudah dan cepat.
"Kita mau mengubah pola pikir masyarakat yang tadinya mengganggap urus perizinan susah tapi sekarang satu jam saja sudah bisa ada tindak lanjutnya, tidak seperti dulu yang bahkan harus menunggu hingga 14 hari," ucapnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BKIPM Ambon sebut ekspor hasil laut meningkat 10.500 ton pada 2022