Ambon (ANTARA) - Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Maluku meminta perempuan atau ibu-ibu mengambil peran sebagai peredam konflik antar warga Wakal, dan Hitu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.
“Perempuan atau ibu-ibu harus mengambil peran sebagai peredam amarah laki-laki. Bukan sebaliknya menjadi pendukung atau bahkan memanas-manasi konflik yang saat ini tidak kunjung usai,” kata Kapolda Maluku Irjen Pol. Lotharia Latif, di Ambon, Rabu.
Menurutnya, apabila ada pelaku rusuh dan pelaku pidana, warga seharusnya membantu aparat keamanan untuk meredam serta menangkap para pelaku pemicu konflik.
“Karena perilaku pemicu dan provokator ini akan sangat merusak tatanan yang ada dan masyarakat yang tidak tahu apa-apa bisa menjadi korban," ujarnya.Polri, kata Kapolda, telah melakukan penegakan hukum terhadap beberapa orang warga yang melakukan pidana. Bahkan dan ada satu orang yang diduga menjadi pemicu atau provokator. Ia diduga juga membawa senjata api yang sangat membahayakan bagi masyarakat maupun petugas keamanan.
"Oleh karena itu, kami juga mengimbau kepada Raja-raja negeri agar dapat berperan dan berfikir jernih untuk membuat situasi keamanan dan ketertiban masyarakat kembali kondusif. Raja-raja harus proaktif untuk cegah konflik dan antisipasi upaya-upaya adu domba yang dapat memecah belah kerukunan warga di sana," katanya.
Kapolda menegaskan, Polda Maluku tidak akan mentolerir beredarnya senjata-senjata api rakitan di tengah masyarakat. Karena hal tersebut sangat membahayakan baik untuk masyarakat sendiri maupun aparat keamanan.
"Kita akan tangkap dan proses hukum orang-orang yang masih pegang senjata api tersebut, karena itu kejahatan berat di negara ini," ucap Kapolda.