New York (ANTARA) - Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah inflasi kawasan euro menunjukkan tanda-tanda pelambatan marjinal.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,18 persen menjadi 103,3831 pada akhir perdagangan.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Kantor Statistik Uni Eropa, Jumat (18/8) pagi, tingkat inflasi tahunan kawasan euro mencapai 5,3 persen pada Juli, turun dari 5,5 persen pada Juni. Setahun sebelumnya, angka itu 8,9 persen. Inflasi tahunan Uni Eropa adalah 6,1 persen pada Juli tahun ini, turun dari 6,4 persen pada Juni. Setahun sebelumnya, angka itu 9,8 persen.
Kantor Statistik Nasional Inggris mengatakan Jumat (18/8) bahwa volume penjualan Inggris di supermarket turun 2,6 persen pada Juli setelah kenaikan pada Juni, yang lebih besar dari perkiraan para ekonom. Ekspektasi suku bunga Inggris yang lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang mendukung pound Inggris dan mendorong imbal hasil obligasi pemerintah Inggris semakin tinggi.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0878 dolar AS dari 1,0857 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2740 dolar AS dari 1,2728 dolar AS pada sesi sebelumnya.
Dolar AS dibeli 145,2980 yen Jepang, lebih rendah dari 146,0890 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,8824 franc Swiss dari 0,8797 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3545 dolar Kanada dari 1,3546 dolar Kanada. Dolar AS naik menjadi 10,9709 krona Swedia dari 10,9363 krona Swedia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dolar AS jatuh setelah data menunjukkan inflasi kawasan euro melambat
Dolar AS melemah setelah data tunjukkan inflasi kawasan euro melambat
Sabtu, 19 Agustus 2023 8:01 WIB