Garissa (Antara Maluku) - Bagian timur-laut Kenya telah lama menjadi berita besar karena kondisi tidak aman, pernikahan dini gadis belia, prasarana buruk dan standar pendidikan yang rendah.
Namun satu sekolah dasar di Kabupaten Balambala, Garissa County, telah berjuang mengubah citra tersebut.
Sekolah yang berada pada jarak 100 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Garissa itu unik dalam banyak segi, di antaranya badan siswa terbesar di wilayah tersebut dan keragaman budaya yang menampilkan semua 47 negara bagian di negeri itu, dan lain-lain.
Tapi yang terpenting dari semua itu ialah sekolah tersebut sangat terkenal sebagai "pusat penyelamatan" buat anak perempuan yang dipaksa kawin dini, dan anak lelaki yang putus sekolah untuk memelihara hewan peternakan.
Buat Fatuma Abdullahi, pelajar di Garissa dengan catatan akademis yang membanggakan, sekolah itu menempati posisi istimewa di dalam hatinya.
"Kepala daerah saya (pejabat pemerintah setempat) adalah orang yang menyelamatkan saya. Orang tua saya tak pernah mengingini saya bersekolah. Buat mereka, pendidikan tak berguna dan sesuatu yang asing dan bukan buat anak perempuan," kata Fatuma, yang berasal dari Kenya Utara, kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi.
"Mereka (orang tua saya) malah memutuskan untuk menyuruh saya menggembala unta dan sapi sementara saya menunggu waktu untuk menikah. Yang satu ini tak pernah terjadi sebab saya secara diam-diam dibawa ke sekolah ini dengan bantuan petugas administrasi," katanya.
Kepala Sekolah Abdullah Sigat memberitahu Xinhua bahwa lebih dari 400 anak perempuan telah diselamatkan dalam dua tahun belakangan.
Halima Funan dari Kenya Utara juga diselamatkan dari pernikahan dini. Ia dibawa ke sekolah itu oleh orang yang baik hati setelah ayahnya berusaha menikahkan dia dengan seorang pria tua.
Fatuma dah Halima meraih nilai memuaskan dalam ujian dan telah diterima di sekolah menengah andalan di Kenya. Mereka tentu saja memperoleh manfaat dari sekolah yang berada di antara yang terbaik di Garissa County setelah mengantungi Kenya Certificate of Primary Examination (KCPE) tahun lalu.
Namun empat tahun lalu, ketika Sigat mulai bekerja di sana, sekolah itu jauh dari sempurna.
"Semua keburukan terjadi di lembaga ini. Saya ingat pada satu waktu, satu senapan AK47 ditemukan disembunyikan di salah satu ruang kelas. Tapi dengan dukungan rekan guru saya, kami memutuskan untuk pertama-tama menangani peningkatan disiplin, lalu yang lain akan mengikuti. Dan itu lah yang terjadi selanjutnya," kata Sigat kepada Xinhua.
Sekolah tersebut masih memiliki bagian tantangannya, antara lain dana yang minim. Mereka ingin pemerintah melalui Kementerian Pendidikan menangani masalah tersebut.
"Meskipun ada banyak tantangan yang kami hadapi, kami bertekad untuk mengubah kehidupan anak muda menjadi warga yang baik dan bertanggung-jawab di negeri ini pada masa depan. Pada tahap dini kehidupan anak-anak ini lah mereka dapat dibuat lebih baik atau dihancurkan," kata Sigat. Ada tanda bukti ketegasan di dalam suaranya. (Xinhua-OANA)
SD di Kenya Jadi "Pusat Penyelamatan" Anak
Minggu, 11 Agustus 2013 10:38 WIB