Ambon (ANTARA) - Akademisi Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku, menggagas program pertanian pintar bagi mahasiswa untuk meningkatkan minat bertani pada pemuda di daerah ini.
“Melalui program pertanian pintar atau smart farming ini, kami ingin merangsang mahasiswa sebagai calon petani milenial agar dapat memahami konsep bertani sebagai suatu profesi yang menjanjikan,” kata Ketua Koordinator Pelatihan Program Pertanian Pintar Unpatti Herman Rehatta dalam keterangan tertulis yang diterima di Ambon, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa program pertanian pintar itu merupakan sebuah konsep pertanian modern yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi serta cara menanam pada media selain tanah untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas pertanian misalnya saja dengan metode hidroponik.
Modernisasi yang dimaksud di sini bisa dengan menggunakan sistem informasi geografis, sensor, dan internet of thing (IoT), dengan begitu petani dapat memantau kondisi cuaca, kelembapan tanah, dan kualitas air secara real-time.
Selain itu, pada konsep pertanian pintar, sistem otomasi irigasi dan pemupukan dapat menghemat sumber daya dan mengurangi dampak lingkungan.
Analisis data dan pengetahuan mesin juga digunakan untuk memprediksi hasil panen, mendeteksi hama dan penyakit, dan mengoptimalkan proses pertanian.
Dengan demikian, program pertanian pintar dapat membantu petani meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas hasil panen, serta mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan pertanian.
Dalam upaya memperkenalkan pertanian pintar pada mahasiswa, pihaknya melakukan pelatihan serta pendampingan budi daya sayuran dengan sistem hidroponik sekaligus cara memasarkan produk pertanian secara efektif.
Hasil pelatihan yang dilakukan tersebut, para mahasiswa telah dapat menanam pakchoy atau sawi sendok, selada yang hasil panennya diperkirakan mencapai 100 hingga 150 kilogram.
Pakcoy sendiri dapat dipanen pada umur 30-40 hari setelah tanam. Ciri-ciri Pakchoy yang telah layak panen yaitu memiliki daun yang tumbuh subur dan berwarna hijau segar, pangkal daun tampak sehat, serta ketinggian tanaman seragam dan merata.
Saat ini harga pasaran sayuran pakchoy atau sawi sendok di Kota Ambon mencapai Rp11.500 per kilogram yang artinya jika dikalkulasi keuntungan dari hidroponik pakchoy yang dibudidayakan ini dalam sekali panen yakni sekitar Rp1.150.000.
“Pelatihan ini diharapkan menjadi bekal bagi mahasiswa ketika terjun ke masyarakat, serta membantu menyediakan pangan secara berkelanjutan dan ramah lingkungan,” katanya pula.