Ternate (ANTARA) - Perusahaan tambang dan metalurgi global, Eramet, menegaskan komitmennya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia Timur, khususnya di Maluku Utara, melalui program pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis pertanian.
Melalui program beasiswa Eramet Beyond, perusahaan bekerja sama dengan Kitong Bisa Foundation untuk mendukung pendidikan tinggi bagi generasi muda di kawasan timur Indonesia.
Beasiswa ini tidak hanya menanggung biaya pendidikan, tetapi juga memberikan tunjangan hidup, buku, serta pelatihan keterampilan lunak dan teknis.
Salah satu penerima manfaat program ini adalah Adhisty J. Siliwane, mahasiswi semester lima jurusan Teknik Pertambangan di Universitas Khairun, Ternate adalah anak sulung dari dua bersaudara yang memiliki impian untuk bekerja di sektor pertambangan.
“Bekerja di industri pertambangan adalah impian saya, itulah sebabnya saya memilih jurusan ini. Dengan beasiswa ini, saya berharap bisa mengubah masa depan dan keluarga saya,” ujar Adis.
Program Eramet Beyond diluncurkan pada November 2024 dan menyasar 41 penerima manfaat dari Maluku Utara, Papua, dan Sulawesi. Inisiatif ini merupakan bagian dari peta jalan tanggung jawab sosial perusahaan bertajuk Act for Positive Mining, yang menekankan pentingnya pengembangan kapasitas sumber daya manusia di daerah operasional perusahaan.
CEO Eramet Indonesia, Jérôme Baudelet, menjelaskan bahwa pendidikan merupakan pondasi penting dalam menciptakan peluang. “Kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka masa depan yang lebih baik. Inisiatif ini mencerminkan komitmen kami terhadap pembangunan lokal yang berkelanjutan,” katanya.
Kemitraan strategis dengan organisasi lokal seperti Kitong Bisa Foundation menjadi elemen penting dalam menjangkau lebih banyak penerima manfaat.
“Dengan dukungan mitra lokal, kami dapat memperluas jangkauan dan dampak program,” tambah Jérôme.
Tak hanya di bidang pendidikan, Eramet juga memperkuat kontribusinya di sektor ekonomi masyarakat melalui studi agroforestri yang dilaksanakan bersama mitra implementasi, ClassM.
Studi ini dimulai pada Juli 2024 di wilayah Tidore dan Ternate, dengan tujuan memetakan potensi rantai pasokan pala berkualitas tinggi yang berorientasi ekspor.
Melalui pendekatan ini, Eramet menargetkan pemberdayaan 300 petani lokal hingga tahun 2026. Studi lanjutan di tahun 2025 berfokus pada kelayakan ekonomi dan model bisnis yang tepat, sekaligus memilih mitra lokal yang dapat mendukung pelaksanaan program secara optimal.
“Tanggung jawab kami tidak hanya di ruang kelas, tapi juga di ladang dan desa-desa. Melalui pertanian, kami ingin membuka jalur pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ujar Jérôme.
Secara keseluruhan, program-program ini menjadi bagian dari strategi sosial Eramet di Indonesia untuk menciptakan dampak jangka panjang dan memperkuat hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar. Dengan pendekatan terintegrasi antara pendidikan dan pertanian, Eramet berupaya menjadi mitra pembangunan yang relevan di Indonesia Timur.