Ternate (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Nurdin Muhammad menilai, rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Kendaraan Minyak atau BBM perlu melihat dampak luasnya terhadap kondisi ekonomi dan sosial khususnya di Provinsi Maluku Utara (Malut).
"Saat ini, masyarakat menghadapi pandemi COVID-19 dan rata-rata pendapatan masyarakat terpuruk. Untuk Malut sendiri, dengan kondisi kepulauan, tentunya angka inflasi sangat tinggi karena logistik yang mendistribusikan berbagai kebutuhan ekonomi melalui jalur transportasi sangat tinggi. Hal ini berdampak pada kenaikan harga kebutuhan masyarakat," kata Nurdin menanggapi rencana kenaikan BBM di Ternate, Selasa.
Oleh karena itu, ia menilai pemerintah dalam pertimbangan kenaikan harga BBM harus melihat kondisi yang tepat, yakni saat situasi ekonomi stabil dan ditunjang pertumbuhan ekonomi. Tujuannya agar ada efek pada stabilitas harga komoditas tercipta dengan baik.
Baca juga: BBM di Pulau Halmahera Malut menipis karena kendala distribusi
Akan tetapi, jika kenaikan BBM dilakukan menjelang Ramadhan dinilai sangat tidak tepat. Karena berbagai produk kebutuhan pokok di tengah masyarakat akan tinggi karena permintaan konsumen biasanya meningkat, dan harga ikut naik.
Yang dikhawatirkan adalah kenaikan BBM menambah biaya produksi dan distribusi barang jelang Ramadhan.
Apalagi, dengan kondisi geografis merupakan wilayah laut maka transaksi ekonomi sangat tinggi.
Dia mencontohkan, untuk kebutuhan BBM jenis Pertalite dan Pertamax yang digunakan oleh nelayan maupun petani akan berdampak pada stabilitas ekonomi, karena harga kebutuhan pokok dan ikan juga ikut terpengaruh akibat dampak kenaikan BBM.
"Untuk itu, paling utama kebijakan pemerintah, termasuk pemerintah daerah sebetulnya jauh-jauh hari mengantisipasi dampak yang ditimbulkan akibat kenaikan harga BBM, sehingga, kebutuhan pokok masyarakat harus dijaga, dengan perkuat kantong-kantong produksi, terutama untuk sektor pangan, untuk itu, pemerintah harus perkuat basis produksi baik di pusat maupun daerah," kata Pembantu Dekan II Fakultas Ekonomi Unkhair tersebut.
Baca juga: Jelang natal stok BBM di Halmahera Utara aman, begini penjelasannya
Sementara itu, saat ini harga BBM Pertamina jenis Pertamax Turbo (RON 98) naik dari Rp 13.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter, tetapi, Pertamina belum menaikkan harga Pertamax dan Pertalite, dimana, untuk Pulau Jawa, harga BBM Pertamax masih dijual Rp 9.000 per liter. Lantas, seperti apa perincian info harga BBM Pertamina terbaru
Harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi tidak pernah naik sejak lebih dari 2 tahun terakhir. Hal ini membuat harga BBM jenis Pertamax yang dijual Pertamina menjadi paling murah dibandingkan dengan yang sejenis.
Hingga awal Maret 2022, BBM dengan kadar oktan (RON) 92 itu dijual Rp9.000 per liter di sejumlah daerah di tanah Air, jauh di bawah harga produk BBM RON 92 lainnya dari pesaing Pertamina yang berkisar Rp11.900-Rp12.990 per liter.
Baca juga: Pertamina pastikan stok BBM untuk Ramadan di Malut aman, antisipasi manipulasi