"Produk rice flake ini dirancang sebagai bubur atau minuman instan berbasis beras untuk balita," kata perekayasa ahli utama Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN Noer Laily dalam Webinar Talk to Scientists Riset dan Inovasi untuk Kedaulatan Pangan dan Energi yang diikuti secara virtual di Jakarta, Selasa (9/8).
Untuk meningkatkan kandungan gizi protein pada bubur beras tersebut, periset BRIN menambahkan ekstrak daging seperti ikan, ayam dan sapi. Sayuran juga ditambahkan ke dalam bubur beras sebagai sumber serat.
Rice flake juga difortifikasi dengan premiks vitamin dan mineral sesuai dengan pemberian makanan tambahan (PMT) anak balita. Produk pangan tersebut juga dibuat berbasis hidrolisat kedelai sehingga dapat meningkatkan penyerapan gizi.
Produk lain yang sudah dikembangkan untuk balita dan mengandung hidrolisat kedelai adalah biskuit bergizi untuk balita yang bermanfaat untuk membantu penyerapan zat gizi.
"Karena digunakan untuk balita, maka formulanya adalah menggunakan bahan-bahan yang memang ketika nanti menjadi biskuit dan dikonsumsi oleh anak-anak itu bisa lumer di mulut karena anak-anak biasanya giginya masih belum sempurna," ujarnya.
Biskuit tersebut juga dibuat dengan menggunakan tepung kelor yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan gizi menggantikan penggunaan premiks vitamin dan mineral.
Skala produksi sekarang ini sudah mencapai 50-300 kilogram. Saat ini, sedang dilakukan pengujian efikasi untuk meningkatkan status gizi anak baduta atau anak usia di bawah dua tahun yang terindikasi kekerdilan.
Diharapkan, pengembangan produk tersebut dapat membantu upaya pemerintah dalam mencegah kekerdilan dan meningkatkan asupan gizi pada anak-anak atau balita.