Ambon (ANTARA) - Komunitas Lingkungan, Moluccas Coastal Care (MCC) menggelar pelatihan Kewang Muda Maluku yang ketiga di Kota Ambon sebagai wadah pembelajaran bagi mereka untuk berkontribusi menjaga alam.
Direktur MCC Teria Salhuteru di Ambon, Selasa mengatakan, Kewang Muda Maluku lahir pada tahun 2021 sebagai wujud kolaborasi ide Moluccas Coastal Care (MCC) bersama Yayasan Econusa melalui School of Eco-Diplomacy (SED).
“Sebagai bagian dari SED, Kemah Pemuda Kewang Muda bertujuan menjaring potensi pemuda serta meningkatkan kapasitas kaum muda dalam hal kepemimpinan lingkungan untuk mempromosikan keragaman budaya dan kekayaan keanekaragaman hayati di pulau-pulau kecil Maluku,” kata Teria.
Ia mengaku, pada 2023 ini, Kewang Muda Maluku terlaksana di Pulau Ambon dengan jumlah kewang muda sebanyak 19 pemuda/pemudi dan terjaring dari tujuh kecamatan mencakup wilayah administratif Kota Ambon dan Kabupaten Maluku tengah.
“Isu utama yang menjadi dasar pembelajaran Kewang Muda Maluku 2023 ialah persoalan pengelolaan hutan mangrove di Pulau Ambon yang semakin terancam akibat berbagai ancaman pemanfaatan lahan yang tidak terkendali,” ujarnya.
Kegiatan ini diperkuat oleh pemateri maupun fasilitator yang dapat menajamkan nalar kritis peserta terhadap isu utama yang dibahas.
Sehingga diharapkan para peserta dapat berkontribusi melalui ide, aksi nyata serta jejaring yang dibangun untuk menjaga keberlanjutan alam di Negeri Raja-Raja ini.
Menurutnya, saat ini tidak dapat dipungkiri, perubahan tatanan masyarakat turut mempengaruhi karakter generasi termasuk terhadap kepedulian alam. Inilah salah satu tantangan sekaligus peluang adaptasi zaman terhadap upaya perlindungan alam di Maluku.
Oleh karena itu, berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) Maluku 2022, 28,2 persen penduduk Maluku merupakan kelompok usia kategori anak muda yang dapat menjadi kekuatan atau penggerak dalam proses adaptasi dan mitigasi dampak persoalan keadilan iklim di pulau-pulau kecil Maluku.
“Tidak hanya melalui kuantitas, pemuda memiliki energi dan inovasi di berbagai bidang yang perlu untuk digali sebagai sebagai kontribusi dalam menjaga keberlanjutan alam di Maluku,” terangnya.
Teria berharap, melalui proses pembelajaran ini akan lahir gerakan anak muda dalam menciptakan narasi baru dan tekanan publik untuk memiliki prioritas dalam menjaga keberlanjutan ekologis dan masyarakat demi mencapai kesejahteraan di pulau-pulau kecil Maluku yang kaya akan sumber daya alam namun masih terancam persoalan kemiskinan.
“Para lulusan Kewang Muda Maluku diharapkan dapat menjadi diplomat lingkungan yang memiliki spirit,” harap Teria.
Sejak 2021 hingga kini telah dikukuhkan 39 Kewang Muda Maluku yang tersebar di enam kabupaten/kota Provinsi Maluku.
Kewang Muda Maluku akan terus berkembang menjangkau pulau-pulau kecil lainnya di Maluku sehingga memberi ruang bagi anak-anak muda untuk sama-sama berjuang menjaga kekayaan alam pulau-pulau kecil di Maluku.