Ambon (ANTARA) - Satuan Pengawas Pelabuhan Penyeberangan Galala Ambon meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas kapal penyeberangan menyusul kondisi cuaca yang tidak menentu di perairan Maluku.
“Langkah ini dilakukan untuk memastikan keselamatan penumpang dan kelayakan kapal sebelum berlayar,” kata Kepala Pengawas Satuan Pelayanan Pelabuhan Penyeberangan Galala Ambon Andreas Widyakusuma, di Ambon, Senin.
Ia mengatakan, pada Sabtu, 21 Juni 2025, pengawasan ketat dilakukan terhadap KMP Wayangan yang berangkat dari Namlea pukul 20.00 WIT, namun harus kembali ke pelabuhan pada Minggu pukul 12.00 WIT karena cuaca memburuk.
Keputusan untuk memutar balik diambil setelah kru kapal melaporkan situasi laut yang tidak aman, sejalan dengan upaya pengawas memastikan pelayaran hanya dilakukan dalam kondisi layak dan aman.
“Setiap kapal yang akan berlayar wajib melapor dan melengkapi dokumen keselamatan. Jika kondisi cuaca tidak mendukung, kami bisa mengeluarkan rekomendasi penundaan,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemeriksaan fisik kapal dilakukan oleh operator, sementara regulator akan melakukan pengecekan lanjutan jika ada laporan kerusakan atau setelah kapal selesai docking.
Selain pengawasan dokumen dan kondisi teknis kapal, petugas juga mengingatkan pentingnya pemahaman penumpang terhadap prosedur keselamatan. Imbauan terkait jalur evakuasi, lokasi alat keselamatan, serta barang bawaan yang diperbolehkan rutin disampaikan di atas kapal.
Berdasarkan data pengawas, selama Juni 2025 hanya terjadi dua hari pembatalan keberangkatan kapal akibat cuaca. Meski begitu, potensi penundaan tetap terbuka jika situasi perairan kembali memburuk.
Sebelumnya, pada Juni 2024, gangguan layanan juga terjadi. Saat itu, hanya satu kapal yang beroperasi, yakni KMP Temi, karena KMP Wayangan mengalami kerusakan. Layanan penyeberangan juga sempat dihentikan pada 17 Juni karena libur Idul Adha.
Demi kelancaran pelayaran, pengawas juga terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan operator kapal untuk memantau perkembangan cuaca secara ‘real time’. Informasi ini menjadi dasar dalam pengambilan keputusan cepat di lapangan, termasuk penundaan keberangkatan atau perubahan rute pelayaran guna meminimalkan risiko kecelakaan laut.