Komunitas Bersahaja Negeri Desa Batu Merah, Kota Ambon, Maluku menggelar festival hadrat sebagai upaya melestarikan budaya kearifan lokal di Maluku.
Sekertaris Negeri Desa Batu Merah, Arlis Lisaholet mengatakan, hadrat merupakan satu tradisi yang telah turun temurun dilestarikan oleh anak cucu Negeri Desa Batu Merah.
“Hadrat ini sudah menjad ikon bagi kami sebagai negeri adat Hatukau yang kita cintai ini. Sehingga dengan adanya inisiatif, adanya gerakan dari segenap masyarakat khususnya dari komunitas bersahaja Negeri Desa Batu Merah, kami sangat berterima kasih dan mengapresiasi karena ini bagian dari upaya kami melestarikan budaya lokal,” kata Arlis, di Ambon, Minggu.
Menurutnya, dalam melestarikan adat dan budaya, ini merupakan momen yang paling penting untuk bagaimana generasi muda khususnya di Negeri Desa Batu Merah agar tetap mengingat apa yang telah menjadi adat istiadat di Batu Merah.
“Sehingga dapat menghindari generasi kita dengan hal-hal yang negatif, karena kita tahu bahwa pengaruh budaya asing, budaya teknologi, yang begitu besar apa lagi negeri kita merupakan negeri yang terletak di jantung kota itu terpapar banyak hal-hal, yang bisa saja itu positif, juga negatif,” ujarnya.
Arlis menyampaikan, festival hadrat ini baru pertama kali dilakukan, namun Negeri Desa Batu Merah telah berkomitmen untuk menjadikannya sebagai agenda tahunan yang akan dilaksanakan secara berkelanjutan.
“Dan ini didukung dengan potensi yang ada termasuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Negeri Batu Merah,” katanya.
Ia berharap, dengan dimulainya kegiatan festival hadrat yang pertama ini, masyarakat hingga anak-anak dari Negeri Desa Batu Merah, maupun “petuanan” dapat melestarikan budaya lokal.
“Kami harap dengan begini, kami dapat mengeratkan kembali tali silaturahmi antar orang hidup basudara Kota Ambon khususnya di Negeri Desa Batu Merah,” harap Arlis.
Selain itu, Ketua Panitia, Faisal Assagaf menyebutkan, dalam acara festival hadrat ini ada sebanyak kurang lebih 475 oranh dari 19 tim dari sejumlah desa dan kompleks di Kota Ambon.
“Intinya, tujuan kami ingin lestarikan budaya kearifan lokal. Yang semakin lama semakin tidak terurus oleh perkembangan zaman,” kata Faisal.
Ia mengaku, selain ingin melestarikan budaya, acara ini juga sebagai mempertahankan persaudaraan Islamiah di Kota Ambon dan Maluku pada umumnya.
“Ini juga untuk pererat tali silatuhrahmi antar desa-desa dan kompleks-kompleks yang ada di petuanan Batu Merah dan sekitarnya,” ucapnya.
Sementara itu, Penjabat Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena mengatakan, festival hadrat ini harus tetap melekat dan menjadi identitas budaya masyarakat Negeri Batu Merah.
“Ketika pukul manyapu identik dengan Negeri Mamala dan Morella , tradisi abdaul di Negeri Tulehu, cakalele di Negeri Pelau, hingga Debus di Pulau Geser, maka festival hadrat harus melekat dan menjadi identitas budaya masyarakat di Negeri Batu Merah,” kata Bodewin.
Menurut Bodewin, untuk memperthankan ini, dibutuhkan semua kreatifitas dan kolaborasi untuk menyesuaikan dengam perkembangan zaman agar hadrat tetap eksis dan diterima oleh berbagai kalangan khususnya kalangan muda-mudi Islam.
“Upaya generasi muda yang hari ini menyelenggarakan perlombaan festival hadrat tentu kita apresiasi bersama. Mengingat di era globalisai yang sudah masuk di era digitalisasi, kepedulian generasi muda untuk terus mengembangkan dan melestariakan nilai budaya dan agama cenderung menurun,” ucapnya.
Ia berharap, kegiatan festival hadrat ini, dapat memberikan dampak signifikan bagi masyarakat Kota Ambon.
“Mari kita dukung bersama festival hadrat dan semoga kegiatan ini akan menjadi agenda tahunan Negeri Batu Merah untuk terus melestarikan hadrat sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Negeri Batu Merah,” harap Bodewin.
Kegiatan festival hadrat ini, dilakukan dalam rangka merayakan maulid Nabi Muhammad SAW, dan dibuka langsung oleh Penjabat Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena, didampingi perangkat Desa Batu Merah.
Baca juga: KSP apresiasi antusiasme komunitas dukung kampanye Kebaya Goes to UNESCO