Ambon (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Ambon menyarankan pemerintah Kota Ambon untuk lebih gencar dalam sosialisasi pencegahan gagal ginjal akut terkait peredaran obat sirop berbahaya.
“Kami DPRD menyarankan kepada pemerintah kota melalui dinas kesehatan tentunya untuk senantiasa melakukan sosialisasi kepada masyarakat lewat posyandu, karena posyandu adalah salah satu unit yang paling terdekat dengan masyarakat dan bersentuhan langsung dengan anak-anak,” kata Ketua DPRD Kota Ambon Ely Toisutta di Ambon, Kamis.
Menurutnya, dengan adanya sosialisasi gagal ginjal akut secara masif ini di Kota Ambon, setidaknya masyarakat tidak menerima informasi yang simpang-siur.
Baca juga: KPAI mengapresiasi BPOM ungkap perusahaan farmasi gunakan Propilen Glikol
“Dengan sosialisasi, ini juga kan membantu menghilangkan rasa panik pada masyarakat yang barangkali menerima informasi yang simpang-siur,” ujarnya.
Ely menyampaikan, berdasarkan data yang diperoleh dinas kesehatan, dan telah disampaikan kepada DPRD melalui komisi I, saat ini belum ada kasus gagal ginjal akut di Kota Ambon.
“Sampai sejauh ini, lewat dinas kesehatan setelah diadakan pendataan, belum terdapat ada anak yang menderita gagal ginjal akut seperti itu. Jadi kasusnya masih 0 persen,” terangnya.
Baca juga: BPOM Maluku pastikan tidak ada apotek jual obat sirop berbahaya, begin penjelasannya
Melalui komisi I DPRD Ambon, lanjutnya, sudah melakukan kunjungan bersama dengan Dinkes untuk memeriksa obat apa saja yang mempengaruhi gagal ginjal akut ini di sejumlah apotek di Ambon.
Ely berharap, dinas kesehatan tetap gencar melakukan pengawasan yang ketat di setiap toko obat, dan apotek-apotek di Ambon, agar tidak lagi menjual obat sirup yang sudah dilarang oleh kementerian kesehatan.
“Dan itu sudah disampaikan. Dan mudah-mudahan saja kita berdoa, supaya di kota ini jangan ada anak yang menderita gagal ginjal akut seperti yang diberitakan di media massa,” harap Ely.
Baca juga: IDI Malut tindak lanjuti surat IDAI terkait gangguan ginjal akut, utamakan keselamatan warga
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan peningkatan kasus gagal ginjal akut misterius (acute kidney injury/AKI) yang mencapai 304 kasus per tanggal 31 Oktober 2022.
Begitu pula dengan angka kematian yang saat ini mencapai 159 anak. Jumlahnya meningkat dari yang sebelumnya dilaporkan mencapai 157 anak.
Sementara itu, sebanyak 46 anak lainnya dirawat dan 99 anak sudah dinyatakan sembuh.
Gagal ginjal akut misterius menyerang anak-anak. Gejala yang timbul dari penyakit ini yaitu demam, hilang nafsu makan, malaise, batuk pilek, mual, muntah, ISPA, dan diare. Kemudian berlanjut pada sulit kencing, berupa air seni berkurang atau tidak ada air seni sama sekali.
Sejauh ini, belum ditemukan penyebab pasti. Meski begitu, Kemenkes mengambil langkah konservatif dengan menghentikan sementara penjualan obat sirup yang dinyatakan tidak aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Baca juga: BPOM Ambon awasi penarikan obat sirup, utamakan keselamatan masyarakat
Di Maluku, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Ambon telah melakukan pengawasan penarikan lima produk obat sirop yang diduga mengandung cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) yang melebihi ambang batas aman.
Badan Pengawas Obat dan Makanan telah merilis lima produk obat sirop yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) melampaui ambang batas aman meliputi Termorex Sirup (obat demam) produksi PT Konimex, Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), Unibebi Demam Sirup (obat demam) dan Unibebi Demam Drops (obat demam).
Baca juga: Polres Aru selidiki penyebab puluhan anak keracunan makanan