Melbourne (ANTARA) - Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada Rabu pagi, didukung oleh pelemahan dolar yang jatuh di tengah tanda-tanda perlambatan inflasi di Amerika Serikat, meredakan kekhawatiran bahwa pengguna minyak terbesar di dunia itu mungkin menghadapi resesi karena kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Minyak mentah berjangka Brent menguat 20 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 85,66 dolar AS per barel pada 01.28 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 34 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 79,21 dolar AS per barel, memperpanjang kenaikan sekitar 1,0 persen di sesi sebelumnya.
"Sentimen bergeser di tengah musim laporan keuangan perusahaan yang positif. Tanda-tanda pendinginan inflasi juga meningkatkan ekspektasi bahwa Fed akan dapat menghentikan kenaikan suku bunga," kata analis komoditas ANZ dalam sebuah catatan.
Baca juga: Minyak bervariasi jelang keputusan Fed dan data persediaan AS
Ekspektasi kenaikan suku bunga membantu menurunkan indeks dolar, yang mendukung harga minyak karena pelemahan greenback membuat komoditas lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Semua mata akan tertuju pada pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia pada Rabu, bersama-sama disebut OPEC+, di mana para produsen diharapkan untuk mendukung target produksi mereka saat ini yang disepakati pada November.
Produksi minyak OPEC turun pada Januari, karena ekspor Irak turun dan produksi Nigeria belum pulih, dengan 10 anggota OPEC memompa 920.000 barel per hari (bph) di bawah volume yang ditargetkan grup berdasarkan perjanjian OPEC+, sebuah survei Reuters menemukan.
Baca juga: Minyak berakhir menguat ditopang data AS yang kuat, China dibuka kembali
Kekurangan itu lebih besar dari defisit 780.000 barel per hari pada Desember.
Pada catatan bearish, data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah naik sekitar 6,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 27 Januari, menurut sumber pasar.
Itu adalah peningkatan yang lebih besar dari rata-rata 400.000 barel yang diperkirakan oleh para analis yang disurvei oleh Reuters. Stok sulingan, yang meliputi solar dan minyak pemanas, naik sekitar 1,5 juta barel, bertentangan dengan ekspektasi analis untuk penurunan 1,3 juta barel.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak naik di awal Asia, karena khawatir resesi AS reda, dolar turun