Wonreli (Antara Maluku) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maluku Barat Daya menyatakan proyek eksplorasi pertambangan emas oleh PT Gemala Borneo Utama (GBU) tidak menimbulkan masalah seperti yang dituduhkan kelompok masyarakat tertentu.
"Proyek eksplorasi berjalan lancar dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan seperti yang dituduhkan kelompok masyarakat tertentu dalam berbagai aksi demonstrasi yang dilakukan," kata Asisten III, Pemkab setempat, Joseph Domlay, di Wonreli, Kamis.
Kerusakan lingkungan seperti yang dituduhkan sejumlah elemen masyarakat, antara lain krisis air bersih akibat pencemaran, sama sekali tidak terbukti, karena masyarakat tiga desa di Pulau Romang yakni Hila, Saolat dan Jerusu masih menikmati air bersih seperti biasa dan sumber-sumber airnya masih terpelihara.
"Saya dan sejumlah pejabat di MBD sudah berulang kali mendatangani lokasi eksplorasi yang dilakukan PT. GBU dan melihat sendiri kondisi di lapangan, sehingga berbagai tuduhan itu tidaklah beralasan," katanya.
Begitu pun menyangkut lubang pengeboran yang mencapai setengah meter, juga tidak benar karena pengeboran yang dilakukan perusahaan itu menggunakan pipa berukuran tiga inci.
Menyangkut tudingan bahwa aktivitas eksplorasi emas di Pulau Romang akan berdampak terjadi kerusakan lingkungan seperti kasus lumpur lapindo, Domlay, menegaskan hal itu tidak akan terjadi karena yang dilakukan bukan penambangan gas alam cair atau minyak bumi.
"Kegiatan yang dilakukan PT. GBU baru sebatas eksplorasi, di mana pengeboran dilakukan untuk mengetahui kadar dan kandungan emas maupun mineral ikutan lainnya yang terdapat di Pulau Romang," katanya.
Selain itu, setelah dilakukan pengeboran, perusahaan kemudian melakukan proses pendinginan lokasi bor dan selanjutnya direklamasi, sehingga tidak menyebabkan kerusakan lingkungan.
Dia mengimbau berbagai elemen masyarakat yang melakukan aksi demonstrasi untuk penolakan aktivitas pertambangan di Pulau Romang, untuk turun ke lokasi dan melihat sendiri kenyataan di lapangan, sehingga tidak membohongi masyarakat dengan penyataan menyesatkan.
"Silahkan turun dan meninjau langsung lokasi eksplorasi yang dilakukan PT. GBU di Desa Hila, sehingga mengetahui kondisi sebenarnya, barulah memberikan informasi kepada publik," tandasnya.
Dia menambahkan, sampai saat ini anak perusahaan Robust Recources Ltd asal Australia itu memiliki lima blok eksplorasi yakni tiga blok di Desa Jerusu dan masing-masing satu blok di Desa Saolat dan Hila, di mana eksplorasi baru dilakukan di desa Hila.
"PT. GBU baru melakukan eksplorasi di Desa Hila, sedangkan di Jerusu ditangguhkan karena kamp maupun peralatannya dibakar, dan di Desa Saolat baru berupa pemetaan lokasi," katanya.
Dia juga mengakui, perusahaan juga telah melakukan sebagian kewajibannya untuk membina masyarakat di Desa Hila, sebagai bagian dari kegiatan comunitty development.