Ambon (ANTARA) - Sebanyak 353 qari dan qariah dari 11 kabupaten dan kota bersaing menjadi yang terbaik di ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XXX tingkat Provinsi Maluku di Kota Ambon, 21-24 Juni 2024.
“Dapat kami sampaikan bahwa peserta MTQ kali ini berasal dari 11 kabupaten/kota se-Maluku berjumlah 353 orang mengikuti tujuh mata lomba,” kata Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Provinsi Maluku Ismail Usemahu di Ambon, Minggu.
Ke-353 peserta itu berasal dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar 20 orang, Maluku Barat Daya 12 orang, Buru 32 orang, Buru Selatan 19, Kabupaten Kepulauan Aru 24 orang, Maluku Tenggara 38 orang, Seram Bagian Barat 40 orang, Seram Bagian Timur 32 orang, Maluku Tengah 46 orang, Tual 46 orang,dan Kota Ambon 44 orang.
Semua peserta MTQ ini mengikuti tujuh cabang/golongan mata lomba, yakni Tilawah Al Quran, Hifzil Quran, Qiraat, Fahmil Quran, Syarhil Quran, Penulisan Karya Ilmiah Al Quran dan Khat Al Quran.
“Kami sampaikan terima kasih kepada bupati/wali kota serta ketua LPTQ kabupaten/kota atas partisipasi dalam menyukseskan MTQ tahun ini. Kami ucapkan selamat bermusabaqah kepada peserta, junjung tinggi semangat dan sportivitas untuk menjadi yang terbaik,” tuturnya.
Sementara itu Penjabat Gubernur Maluku Sadali Ie menyampaikan, pelaksanaan even-even keagamaan seperti ini mempunyai posisi yang vital dan strategis dalam rangka pembangunan mental spiritual bangsa, karena masalah moral atau mental spiritual akan menentukan masa depan peradaban bangsa.
"Sebagaimana syair Arab yang berbunyi suatu bangsa akan tetap eksis atau terkenal karena budi pekertinya, tetapi kalau budi pekertinya hancur maka bangsa itu akan hancur bersama hancurnya budi pekerti itu," ujar Sadali.
Maka dari itu, ia berharap pelaksanaan acara keagamaan seperti ini hendaknya tidak membuat kafilah terjebak pada kegiatan seremonial saja, tetapi seharusnya dapat menangkap makna dan intisarinya, serta berimplikasi secara signifikan terhadap pembangunan akhlak dan peradaban bangsa.
"Dalam konteks ini, pelaksanaan MTQ sejatinya dapat meninggalkan jejak-jejak peradaban, yang ditandai dengan terjadinya perubahan pola pikir, kebiasaan, karakter dan pola hidup, yaitu dari pemikiran yang sempit kepada pemikiran yang terbuka dan transformatif, dari pola hidup yang konfliktual kepada kehidupan yang rukun dan damai," terangnya.