"Operasional Jembatan Merah Putih berdampak pada lumpuhnya aktivitas pelabuhan fery Poka - Galala serta angkutan kota rute terminal Mardika - Galala," kata perwakilan supir angkot Galala, Jopie Mangale di Ambon, Rabu.
Ia menyatakan masyarakat lebih memilih melewati JMP dibandingkan Fery, hal ini sangat merugikan supir angkot Galala karena tidak ada penumpang sejak JMP diresmikan.
Menurut dia, Warga Kota Ambon memilih lewat JMP mengingat jarak tempuh dan waktu yang lebih cepat, dan tidak menggunakan jasa KMP Fery yang setiap hari beroperasi dari pagi hingga malam.
"Kami sangat dirugikan karena tidak ada satupun penumpang yang menggunakan angkot dari Galala menuju terminal demikian sebaliknya, jika kondisi ini terus terjadi kami sangat rugi," ujarnya.
Pihaknya meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon untuk memberikan solusi terkait operasional angkot Galala.
"Kami minta Wali Kota Ambon untuk memperhatikan kami para supir angkot, karena dua hari ini kami tidak menerima pemasukan sama sekali, bagaimana kami harus menafkahi keluarga," kata Jopie.
Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy menyatakan, aspirasi supir angkot Galala menjadi perhatian Pemkot Ambon.
Dalam setiap perencanaan pembangunan kota membawa dampak positif serta negatif bagi masyarakat, tetapi mau atau tidak perubahan tersebut harus dijalankan.
"Setiap perubahan berdampak positif tetapi juga negatif bagi masyarakat, kita harus mengikuti kemajuan, walaupun ada yang dirugikan tetapi kita bersyukur perkembangan kota ini semakin hari semakin baik," katanya.
Ia mengatakan pihaknya akan melakukan rapat untuk mencari solusi terbaik, apakah trayek Galala akan dialihkan ke trayek lain, atau tetap melayani rute tersebut.
"Kita tidak bisa mengatur mayarakat dengan memakai ukuran tertentu guna memenuhi harapan, berikan kami waktu untuk melakukan evaluasi secara objektif agar tidak ada yang dirugikan," ujarnya.
Sepekan ke depan kata Richard, JMP akan ditutup untuk umum guna melengkapi infrastruktur penunjang dan dipastikan KMP Fery akan beroperasi kembali.
"Saya berharap dalam sepekan ke depan aktifitas fery berjalan normal dan angkot juga beroperasi seperti biasa, sambil menunggu evaluasi trayek Galala," katanya.
Menurut dia, Warga Kota Ambon memilih lewat JMP mengingat jarak tempuh dan waktu yang lebih cepat, dan tidak menggunakan jasa KMP Fery yang setiap hari beroperasi dari pagi hingga malam.
"Kami sangat dirugikan karena tidak ada satupun penumpang yang menggunakan angkot dari Galala menuju terminal demikian sebaliknya, jika kondisi ini terus terjadi kami sangat rugi," ujarnya.
Pihaknya meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon untuk memberikan solusi terkait operasional angkot Galala.
"Kami minta Wali Kota Ambon untuk memperhatikan kami para supir angkot, karena dua hari ini kami tidak menerima pemasukan sama sekali, bagaimana kami harus menafkahi keluarga," kata Jopie.
Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy menyatakan, aspirasi supir angkot Galala menjadi perhatian Pemkot Ambon.
Dalam setiap perencanaan pembangunan kota membawa dampak positif serta negatif bagi masyarakat, tetapi mau atau tidak perubahan tersebut harus dijalankan.
"Setiap perubahan berdampak positif tetapi juga negatif bagi masyarakat, kita harus mengikuti kemajuan, walaupun ada yang dirugikan tetapi kita bersyukur perkembangan kota ini semakin hari semakin baik," katanya.
Ia mengatakan pihaknya akan melakukan rapat untuk mencari solusi terbaik, apakah trayek Galala akan dialihkan ke trayek lain, atau tetap melayani rute tersebut.
"Kita tidak bisa mengatur mayarakat dengan memakai ukuran tertentu guna memenuhi harapan, berikan kami waktu untuk melakukan evaluasi secara objektif agar tidak ada yang dirugikan," ujarnya.
Sepekan ke depan kata Richard, JMP akan ditutup untuk umum guna melengkapi infrastruktur penunjang dan dipastikan KMP Fery akan beroperasi kembali.
"Saya berharap dalam sepekan ke depan aktifitas fery berjalan normal dan angkot juga beroperasi seperti biasa, sambil menunggu evaluasi trayek Galala," katanya.