Ternate, 26/6 (Antara Maluku) - Kepala Kantor Pelabuhan Tobelo, Halmahera Utara (Halut), Maluku Utara (Malut), Patahuddin Robo mengimbau kepada operator kapal untuk mewaspadai cuaca buruk yang melanda Indonesia saat ini dalam pelayaran.
Kepala Pelabuhan Tobelo, Patahuddin Robo di Ternate, Minggu, mengatakan, saat ini, cuaca di laut masih aman dan belum ada instruksi dari Direktorat Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI, meski begitu, setiap ada kapal yang akan berangkat dari Pelabuhan Tobelo selalu diingatkan untuk senantiasa waspada selama dalam pelayaran.
"Kalau perlu kami tunda pemberangkatannya jika benar-benar kondisi di laut tidak mendukung," kata Patahuddin Rombo.
Menurutnya, pihaknya tidak berani mengambil resiko dengan memberikan izin berlayar kepada armada baik kapal penumpnag maupun pengangkut barang jika terdapat cuaca yang tidak menentu ini, meskipun belum ada informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait kondisi cuaca ekstrim.
Tetapi, pihaknya berkewajiban untuk mengimbau kepada nahkoda kapal untuk tetap mewaspadai adanya perubahan cuaca dalam pelayaran yang kemungkinan tiba-tiba terjadi, sebab, masalah cuaca saat ini sangat tidak menentu dan sewaktu-waktu mengalami perubahan.
Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama pelayaran kapal, dia selalu berkomunikasi dengan nakhoda kapal yang berangkat maupun yang sedang menuju pelabuhan Tobelo mempertanyakan kondisi dan keberadaannya.
Khususnya pelayaran kapal penumpang antarpulau, dia mengaku selalu mengingatkan nahkoda jika kondisi cuaca tidak mendukung untuk tiba lebih awal agar menunda ketibaan dengan memperlambat laju kapal.
Demi menjaga segala bentuk kemungkinan dalam pelayaran, Kantor Pelabuhan Tobelo selalu berkoordinasi dengan BMKG soal kondisi cuaca pada jalur pelayaran yang dilalui kapal-kapal dari pelabuhan Tobelo.
Sebelumnya, dalam sepekan terakhir, dilaporkan sejumlah pelayaran di Malut harus dihentikan, sehingga mengganggu aktivitas masyarakat, terutama untuk jalur Ternate-Sofifi yang mengakibatkan sebagian besar Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berkantor di Sofifi tidak bisa melaksanakan tugasnya, karena aktivitas pelayaran dihentikan.