Biasanya, musik khas Maluku dengan instrumen tifa dan totobuang hanya dimainkan pada upacara adat. Tapi kali ini, kesenian kuno sejak era Portugis dan Belanda itu bergema di Kota Ambon dalam nuansa berbeda, karena dimainkan bersama musik Hadrat dengan instrumen suling bambu dan rebana.Pertunjukan itu sendiri digelar Dinas Kebduayaan dan Pariwisata Maluku pada Kamis malam, di area Gong Perdamaian Dunia di jantung Ibu Kota Maluku.Lebih menarik lagi, musik kolaborasi yang mengambarkan kehidupan harmoni antara orang basudara di Maluku itu dimainkan oleh kaum muda dari komunitas Kristen dan Muslim dari Desa Amahusu dan Waihaong, Kecamatan Nusaniwe.Selain iru, ratusan warga Kota Ambon yang menyaksikan acara itu pun disuguhkan kolaborasi tari lenso dan sawat yang dibawakan oleh penari dari sanggar seni Tifa Siwalima dan staf Disbudpar Maluku.Penampilan dari perpaduan unik antara penari lenso yang mengenakan "kebaya Ambon" dan berkonde dengan penari sawat yang berbusana muslim dan berjilbab itu diawali dengan bunyi beduk masjid dan lonceng gereja.Paparisa Kacil, kelompok teater tertua di Maluku di bawah asuhan Sanggar Kabaresi, juga tampil menyemarakkan suasana pesta menyambut berakhirnya Pekan Olahraga Provinsi Maluku 2011.Tidak hanya itu, Tari Bulu Gila yang pernah menyabet penghargaan penyaji unggulan, penata tari unggulan dan tari terbaik Indonesia Timur dalam Parade Tari Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun 2009, dibawakan Sanggar Seni Tifa Siwalima.Tarian kontemprer ini terinspirasi dari kesenian bambu gila, salah satu permainan rakyat Maluku yang melibatkan pawang dan asap dupa pemberat bambu.Penyanyi legendaris Maluku, Zeth Lekatompessy, pun ikut tampil menyanyikan sedikitnya empat lagu daerah. Peraih rekor MURI untuk kategori penyanyi tanpa partitur ini ditemani dua penyanyi lokal, Marioni Serhalawan dan Leon Fatunlebit, yang masih belia.
Hadrat, Tifa dan Totobuang Bergema di Ambon
Jumat, 25 Februari 2011 7:58 WIB
