Ambon (ANTARA) - Panglima daerah militer (Pangdam) XVI Pattimura Mayjend TNI Ruruh A Setyawibawa menilai pelurusan sejarah terbentuknya Kodam XVI Pattimura merupakan penghargaan perjuangan bagi para pahlawan.
"Upaya meluruskan sejarah, adalah wujud penghargaan kita sebagai anak bangsa, terhadap para pendahulu yang telah berkorban, khususnya pada para pendahulu pembentuk Kodam XVI/Pattimura," ujar Pangdam di Ambon, Selasa.
Hal itu dikatakannya saat membuka sarasehan bertema 'Menghargai Sejarah, Menginspirasi Masa Depan' Kodam XVI/Pattimura di aula Makorem 151/Binaiya Ambon.
"Kodam Pattimura sebagai satuan yang telah banyak memberikan kontribusi nyata dalam berjuang menegakkan, mempertahankan, dan mengisi semua aspek perjuangan bangsa, baik perjuangan sebelum proklamasi, maupun sesudah proklamasi Kemerdekaan," kata dia menjelaskan.
Sementara itu Kapoksahli Pangdam XVI/Pattimura Brigjen TNI Syaeful Mukti Ginanjar, mengatakan berdasarkan fakta sejarah pembentukan Kodam XVI/Pattimura, saat ini baru berusia 24 tahun sedangkan pembentukannya sudah ada dan berjalan sejak 1960 yaitu Kodam 15/Pattimura.
“Seperti yang disampaikan oleh narasumber, bahwa tanpa pelurusan sejarah, berarti tidak menghargai perjuangan para pendahulu Kodam, yang saat itu adalah Kodam 15/Pattimura," katanya.
Berdasarkan sejarahnya untuk menumpas dan menghancurkan yang menamakan diri Republik Maluku Selatan atau (RMS) di Maluku, Komando Tentara dan Territorium VII Indonesia Timur mulai menyusun rencana gerakan operasi militer yang diberi nama 'Komando Pasukan Maluku Selatan' dengan Komandan Operasi Kolonel Alex Evert Kawilarang sebagai Panglima TT VII Indonesia Timur yang kemudian diserahkan kepada Letkol Slamet Riyadi.
Komando Pasukan Maluku Selatan pada tahun 1950 mulai melakukan gerakan Operasi Militer di pulau Buru, pulau Seram, pulau Ambon dan pulau-pulau Lease untuk merebut kembali pulau-pulau itu dari tangan RMS.
Setelah berhasil dalam gerakan operasinya, maka berdasarkan Penetapan Kasad pada 30 Agustus 1950 Komando Pasukan Maluku Selatan diubah menjadi Komando Pasukan D atau Kompas D di bawah pimpinan Letkol J.F. Warouw.
Kemudian pada 5 juli 1952 Kompas D diubah menjadi Resimen Infanteri 25 atau RI 25 dengan Komandan Letkol Sukowati.
Pada 27 Mei 1957 Kasad menetapkan Komando Daerah Militer Maluku dan Irian Barat disingkat KDM-MIB, dengan pejabat Pangdam pertama Kolonel Herman Pieters dan pada 24 Oktober 1959 Komando Daerah Militer Maluku dan Irian Barat diubah menjadi Kodam Maluku Irian Barat disingkat Kodam MIB dengan nama Pattimura.
Di dalam proses perkembangannya Irian Barat yang sekarang dikenal dengan Papua dibentuk Kodam tersendiri, maka KDM-MIB diubah namanya menjadi Kodam XV/Pattimura.
Pemberian nama Pattimura dilatarbelakangi pada sejarah perjuangan Pahlawan Nasional Pattimura yang berjuang menentang Belanda pada 1817.
Pada 5 Agustus 1960, dalam upacara resmi Pataka Kodam XV/Pattimura diserahkan oleh MKN/KASAD Mayor Jenderal Abdul Haris Nasution kepada Panglima Kodam XV Pattimura yang waktu itu KDM-MIB.
Kodam XV Pattimura yang wilayah hukumnya meliputi seluruh Kepulauan Maluku. Fakta-fakta sejarah sebagaimana telah diungkap terdahulu menunjukkan bahwa rakyat dan prajurit Kodam XV/Pattimura secara nyata turut aktif dan tidak pernah ketinggalan dalam berjuang menegakkan, mempertahankan dan mengisi semua aspek perjuangan bangsa, baik perjuangan sebelum proklamasi maupun sesudah proklamasi Kemerdekaan.
Terjadinya keterperpaduan dan kebersamaan dalam perjuangan antara prajurit-prajurit Kodam XV/Pattimura dengan rakyatnya karena adanya persamaan tujuan perjuangan di dalam kehidupan bangsa dan nilai hidup yang luhur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sehingga Kodam XV/Pattimura dianugerahi suatu penghargaan tertinggi oleh Negara, yaitu Sam Karya Nugraha.
Kemudian dalam rangka menata kembali Organisasi TNI, pada 7 Mei 1999 dilaksanakan dan dibentuk Kodam XVI/Pattimura pada 15 Mei 1999 di Ambon dalam suatu upacara militer dengan Irup Kasad Jenderal TNI Subagyo HS.
Pada kesempatan upacara tersebut Kasad secara resmi melantik Brigjen TNI Max M.Tamaela sebagai Pangdam XVI/Pattimura yang pertama dan hari yang bersejarah tersebut selanjutnya dirayakan sebagai Hari Ulang Tahun Kodam XVI/Pattimura.
Wilayah Kodam XVI/Pattimura yang sangat luas dan memiliki garis perbatasan dengan Negara tetangga menuntut segenap prajurit Kodam XVI/Pattimura bekerja keras, melebihi panggilan tugas dalam melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia di wilayah Maluku dan Maluku Utara dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan Bangsa dan Negara.
"Secara garis besar, hasil sarasehan tersebut, nantinya akan dilaksanakan rapat khusus, yang akan dilaporkan ke Komando atas, terkait pembahasan sejarah Kodam XVI/Pattimura, tetapi nantinya, keputusan akan diputuskan oleh Komando Atas dalam hal ini Pimpinan TNI Angkatan Darat," ucap Kapoksahli.
Hadir dalam acara tersebut, sesepuh Maluku sebagai narasumber yang kompeten dalam bidangnya yaitu Ketua LPM IAIN Ambon Prof Dr Abidin Wakano dan Direktur Ambon Reconciliation and Meditation Center IAIN Ambon, Brigjen TNI (Purn) Karel Albert Ralahalu.
Serta Kabintaldam XVI Pattimura 1999 Thosye tetelepta. Ketiganya memaparkan tentang, sejarah pembentukan Kodam XVI/Pattimura.