Ternate (ANTARA) - Petani binaan sebuah perusahaan swasta di Panamboang, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara (Malut) berhasil panen kedelai mencapai 2,9 ton per hektar untuk kering panen atau 2,5 ton berat bersih.
"Tentunya,angka ini melampaui produktivitas kedelai lokal yang rata-rata 1,5 ton per hektar," kata Wakil Bupati Kabupaten Halsel, Hasan Ali Basam Kasuba dihubungi, Senin.
Dia mengatakan, hasil panen kedelai yang melimpah menambah semangat para petani dan berharap program bisa berlanjut dan dikembangkan tidak hanya kedelai tapi juga komoditas lainnya.
Menurut dia, panen ini merupakan kolaborasi perusahaan pertambangan Harita Nickel bersama Kodim 1509 Labuha juga mendapat apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan.
Sedangkan, terkait lahan, Pemkab memiliki lahan tidur yang jumlahnya cukup luas dan bisa dimanfaatkan.
Pihaknya juga berharap, dengan lewat digerakkannya sektor pertanian dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru.
"Atas nama pemerintah daerah, kami sampaikan apresiasi kepada Kodim dan perusahaan swasta sebagai inisiator kolaborasi ini, yang telah menghadirkan produk pertanian dan hasilnya bisa diberdayakan untuk masyarakat," ujarnya.
Dia menyebut, ini merupakan program Pertanian Intensif Unggulan Nusantara (Taninusa) yang diinisiasi perusahaan swasta tersebut bersama Kodim 1509/Labuha dan Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Selatan berhasil melakukan panen perdana kedelai di Desa Panamboang, Kabupaten Halsel.
Sementara itu, Head of Community Affairs Harita Nickel Latif Supriadi mengatakan, meski masih merupakan demonstration plot (demplot) atau proyek percontohan, hasil panen perdana kedelai program Taninusa ini berhasil melampaui rata-rata produksi kedelai nasional sebesar 16,70 kuintal/hektar atau 1,67 ton/hektar.
Lebih lanjut Latif mengatakan, tanaman kedelai dipilih mengingat Kabupaten Halmahera Selatan masih mengandalkan pasokan kedelai dari luar daerah. Bahkan tidak ada data rata-rata produktivitas jagung dan kedelai Provinsi Maluku Utara yang tercatat di BPS.
Kebutuhan inilah yang dijawab oleh program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) perusahaan itu yang mengintegrasikan konsep pertanian terpadu. Perusahaan melakukan pendampingan kepada kelompok binaan dari hulu ke hilir.
Meliputi kelompok petani, nelayan dan UMKM, yang dihubungkan dengan perusahaan sebagai pasarnya. Hasil panen kedelai ini selanjutnya akan dibeli oleh UKM binaan Perusahaan sebagai bahan baku pembuatan tempe dan tahu untuk disuplai ke kantin karyawan perusahaan.