Ambon (ANTARA) - Badan Karantina Indonesia melakukan survei lahan pembangunan laboratorium keamanan pangan dan penyakit ikan di Pulau Dullah Utara, Kota Tual, provinsi Maluku.
"Monitoring dan evaluasi yang dilakukan untuk menentukan lahan yang sesuai dengan kriteria standar mutu laboratorium, " kata Kepala Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Maluku , Abdur Rohman, Rabu.
Ia mengatakan, kegiatan monitoring melibatkan pihak PT Samudera Indo Sejahtera dan Badan Karantina Indonesia untuk menentukan lahan yang sesuai dengan kriteria standar mutu laboratorium.
Diharapkan melalui kegiatan ini dapat mempercepat pembangunan laboratorium sehingga masyarakat lebih mudah ekspor ikan dari Tual ke negara tujuan Tiongkok.
Selain itu, dapat meningkatkan kualitas ikan yang akan di ekspor ke mancanegara.
Hal ini juga merupakan salah satu upaya Karantina Maluku untuk membantu mendorong perekonomian masyarakat Maluku yang memanfaatkan sumber daya alam yang dianugerahkan Tuhan.
Ia menyatakan, produksi ikan di daerah Maluku setiap tahun semakin meningkat serta kualitas ikan di Maluku yang memenuhi pasar mancanegara terutama Tiongkok.
Harapan ke depan, pembangunan laboratorium ini dapat mendorong perluasan Two Port Quarantine One System antara Indonesia dan Tiongkok serta dapat menjaga dari penyakit hewan, ikan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan pangan maupun mutu pangan.
Ia menegaskan, karantina Maluku selalu menjamin kesehatan dan keamanan produk hewan, ikan, tumbuhan, serta turunannya, agar masyarakat mendapatkan hasil yang maksimal dari seluruh komoditas yang diterima.
Karantina sebagai sistem pencegahan masuk dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina, hama penyakit ikan karantina dan organisme pengganggu tumbuhan karantina terus menjalin sinergi dengan instansi terkait.
"Karantina Maluku terus berupaya untuk tetap menjaga seluruh komoditas pertanian dan perikanan yang dilalulintaskan agar memenuhi persyaratan serta bebas dari hama penyakit," kata Abdul.