Ambon (ANTARA) - Direktur Reskrimum Polda Maluku Kombes Pol Sih Harsono menyatakan, ada kemungkinan tiga pelaku penganiayaan antaranak buah KM Mina Sejati di laut Arafura pada 16 Agustus 2019 tenggelam bersama kapal tersebut.
"Terkait dengan KM Mina Sejati ini kejadiannya di tengah laut Arafura, dan yang pertama kali tiba di lokasi kejadian waktu itu adalah kapal perang milik Guspurla dari TNI-AL," kata Dir Reskrimum di Ambon, Jumat.
Dia mengakui, polisi juga tidak bisa menjangkau sampai di sana, dan setelah ada beberapa orang diselamatkan lalu dievakuasi ke Dobo, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Aru, selanjutnya dilakukan pemeriksaan oleh polisi.
"Benar keterangan para saksi yang selamat bahwa ada tiga tersangka dalam peristiwa tersebut, namun saat penyerahan ABK yang selamat tidak ada para pelaku," ujarnya.
Keterangan para saksi juga membenarkan para tersangka saat itu masih berada di atas KM Mina Sejati.
"Sehingga kesimpulan dari hasil penyelidikan kami, ada kemugkian para tersangka tenggelam bersama kapal tersebut, karena memang pada saat para pelaku melakukan penganiayaan ABK juga mendapat perlawanan sehingga ada diantara pelaku yang terluka," tandas Dir Reskrimum.
KM Mina Sejati yang merupakan kapal penangkap cumi ini awalnya membawa 36 ABK termasuk nahkoda, tetapi terjadi perkelahian antarsesama ABK pada 16 Agustus 2019 dan berlanjut keesokan harinya dengan berujung pembantaian.
Saat terjadi aksi kekerasan, nahkoda bersama 12 ABK meloncat ke laut namun dua orang ABK meninggal dunia dan mereka berhasil dievakuasi KM Gemilang Samudra yang kebetulan posisinya berdekatan dengan KM Mina Sejati.
Nurul Huda (masinis) bersama Peri Dewa Lesmana dan Qosim Ibnu Malik yang diduga merupakan pelaku pembantian bersama 20 ABK lainnya tidak ditemukan di atas kapal, ketika KRI Teluk Lada-521 merapat ke kapal tersebut pada tanggal 18 Agustus 2019 menjelang malam hari.
Upaya pencarian pun tidak membuahkan hasil, namun beberapa hari kemudian ditemukan dua jasad ABK KM Mina Sejati yang tersangkut di jaring penangkap cumi dan kini keduanya telah dimakamkan di Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru.
Kini tersisa 19 orang ABK, termasuk diantaranya tiga oknum pelaku yang didudga melakukan aksi pembantaian belum diketahui nasibnya.