Ambon (ANTARA) - Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Ambon, Provinsi Maluku, berharap pemerintah daerah memberi bantuan secepatnya untuk bisa bertahan dari pandemi COVID-19 gelombang kedua guna mencegah pemutusan hubungan kerja.
"Harapannya ingin pemerintah daerah dukung UMKM lokal, mungkin bisa bantu berikan subsidi atau bantuan lainnya supaya bisa tetap bertahan. Pada saat ini yang paling utama adalah kita berat untuk mempertahankan karyawan," kata pemilik usaha abon cakalang CV Nacha, Nike Lidiyastuti di Kota Ambon, Senin.
Ketika mendengar informasi kasus COVID-19 di Ambon meningkat dan pemerintah daerah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali, Nike mengatakan dampaknya juga akan sangat dirasakan sektor UMKM di Ambon yang selama ini sangat bergantung pada kunjungan wisatawan dan penjualan di tempat oleh-oleh.
"Dunia pariwisata sekarang vakum sehingga kami tidak bisa lagi suplai ke toko oleh-oleh. Kita fokus penjualan secara langsung, ke supermarket untuk pemenuhan konsumen lokal," ujarnya.
Baca juga: 18 ribu pelaku usaha mikro di Ambon terima BPUM
Menurut dia, penjualan Nacha Food yang dikenal dengan produk abon ikan cakalang sebenarnya mulai terdampak sejak 2018 setelah maskapai memberlakukan tarif untuk barang di bagasi sehingga wisatawan mengurangi membeli oleh-oleh.
Kondisi semakin parah ketika pandemi COVID-19 gelombang pertama pada 2020 yang membuat sektor pariwisata khususnya di Ambon lumpuh. Penjualan produk Nacha yang sebelumnya tersebar hingga ke Bogor, Nabire dan Manado terhenti karena pembelian lesu, juga akibat harga tidak bisa bersaing karena ongkos kirim mahal.
"Kita butuh bantuan langsung ataupun bantuan pemasaran ke ritel-ritel modern di Ambon yang sekarang marak seperti Indomaret dan Alfa Midi. Mungkin dengan bantuan itu kita bisa suplai ke gerai-gerai mereka sehingga kegiatan produksi kita bisa terus berjalan," ujarnya.
Baca juga: Pemprov : 45.078 pelaku UMKM di Malut dapat Banpres
Ia mengatakan Nacha memutuskan untuk diversifikasi produk tidak hanya abon cakalang, melainkan juga ke produk makanan cepat saji seperti bakso. Strategi penjualan juga beradaptasi dengan cara berjualan online melalui platform e-commerce seperti Grab, Gojek dan jualan langsung ke konsumen.
Dengan strategi diversifikasi produk, ia mengatakan kini bisa mempertahankan jumlah karyawan dari 17 orang dari sebelumnya 23 orang.
Namun, ia mengatakan strategi itu sejauh ini belum optimal untuk menekan penurunan omzet, apalagi datang lagi gelombang kedua pandemi COVID-19.
"Jujur kita ini sebagai UMKM seperti hidup segan, mati tak mau," kata Nike yang menambahkqn omzet penjualan kini anjlok hingga lebih 50 persen dari sebelum pandemi.
Baca juga: BI minta UMKM di Maluku jangan putus asa
Baca juga: Dinkop dan UKM Provinsi Maluku salurkan dana bergulir Rp1,2 miliar
UMKM di Ambon nyaris kolaps, butuh bantuan untuk bertahan dari COVID-19 gelombang kedua
Senin, 5 Juli 2021 15:58 WIB